Sabtu, 28 Agustus 2010

Sesuatu yang Terjebak Begitu Lama di Benak

Hari Rabu, tanggal 25 Agustus 2010 lalu adalah hari yang cukup bersejarah bagi gue dan keluarga gue. Yap, pada tanggal itu adalah hari dimana kelulusan gue diresmikan oleh universitas alias wisuda!

Mungkin bagi banyak orang wisuda adalah sesuatu yang 'wah' dan gak boleh terlewatkan. Tapi bagi gue wisuda tak lebih hanya sebuah prosesi gegap gempita dimana makna lain dari wisuda adalah bahwa kita harus bisa mempertanggungjawabkan gelar yang telah gue dapat. Bagi sebagian orang wisuda tentunya adalah sesuatu yang membanggakan, hal ini mungkin ditunjukkan dengan berbagai macam persiapan yang dilakukan, mulai dari kebaya, sepatu, make up, salon, sampai pendamping wisuda. Ya, meskipun gue juga melakukan persiapan yang mungkin sama, tapi entah kenapa di hati gue wisuda bukan sesuatu yang spesial dan harus dirayakan sebegitu mewahnya atau dipersiapkan sebegitu matangnya. Karena bagi gue, dengan wisuda dan secara resmi didapatkannya gelar sarjana keperawatan, adalah suatu beban yang sangat berat untuk gue. Beban mempertanggungjawabkan gelar, karena di masyarakat Indonesia umumnya, seorang sarjana dituntut 'lebih' dalam hal ilmu dan materi. 

Ya mungkin memang seharusnya seperti itu. Bahwa ketika gelar sarjana telah dipegang tuntutan untuk berbakti kepada orang tua dan hidup mandiri serta berpenghasilan sendiri rasanya menjadi suatu kewajiban yang harus dijalankan. Dan akan hal itu, gue punya ketakutan tersendiri. Apalagi jalan yang gue tempuh sangat berbeda dari teman" gue kebanyakan. Gue yang memilih gak meneruskan profesi dan memilih untuk mencari kerja memang bukan hal mudah untuk dijalankan. Ketakutan gue akan menjadi pengangguran dan seorang sarjana yang gak berguna, ditambah dengan pandangan negatif orang" terhadap sarjana yang menganggur terus terang membayangi masa depan gue.

Karena gue sadari, untuk mendapatkan pekerjaan bagi seorang sarjana keperawatan itu sangat tidak mudah. Selain itu ditambah dengan banyaknya  jumlah pencari kerja tiap tahunnya belum lagi ditambah jumlah pengangguran yang semakin meningkat.

Keresahan dan ketakutan gue ini muncul sejak lama, bahkan sebelum gue yudisium. Apalagi dulu ketika ditambah untuk memutuskan pilihan akan melanjutkan profesi atau tidak. Ya ALLAH.. sesungguhnya hamba berlindung dari segala keburukan dan ketakutan ini...

Banyak hal yang ingin gue capai dan gue lakukan ketika nanti gue sudah mendapat kerja. Gue ingin menyerahkan gaji pertama gue kepada orang tua, menabung untuk beli hp, dan menabung untuk modal usaha. Gue sangat berharap bisa punya penghasilan sendiri, dan gue tahu semua itu butuh proses. Kadang ada perasaan miris dan sedih menjawab pertanyaan 'udah kerja belum?', 'sibuk apa sekarang?', dan mendengar temen yang lain sudah mendapat pekerjaan. Rasanya menjadi pengangguran bukan kondisi yang sehat untuk gue. Gue harus banyak berdoa dan berusaha, meyakinkan dan menguatkan hati bahwa semuanya akan baik" saja. Semoga...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Septina Priyanti's Blog Template by Ipietoon Cute Blog Design