Selasa, 13 Desember 2016

Tips Travelling ke Singapore

Assalamualaikum....
Well, setelah postingan jalan jalan ke Singapore part 1 kemaren, dan sebelum melanjutkan ke cerita berikutnya, saya ingin share dulu mengenai persiapan apa saja yang perlu diperhatikan sebelum travelling di Singapore.

Setelah hari pertama kita explore spot spot di sekitar hostel dan mengunjungi Merlion Park dan melihat pertunjukan laser show, hari kedua ini adalah hari yang panjang buat kita, karena di hari ini kita punya rencana untuk mengunjungi banyak tempat sesuai itinerary. Untuk menjalani hari yang panjang dan menyenangkan ini, pastinya kita butuh banyak preparation. Berikut saya ingin share tips dan apa saja yang harus dipersiapkan untuk travelling seharian dengan menggunakan 'kaki'dan MRT.

1. Persiapkan fisik! Breakfast is a must! Walaupun di hotel hanya disediakan bfast ala western alias gak ada nasi, apalagi nasi kuning dan nasi uduk LOL, kita tetep harus saving energi buat bekel jalan seharian. Enaknya di hostel yang kita tempati, bfast ala western ini disajikan dengan self service. Jadi bisa ambil dan nambah sepuasnya kalau belum puas karena gak ada nasi :p . Di Five Stones Hostel, bfast mulai dari jam 6 sampai jam 10, dan saran saya kalau di hostel macam gini, jangan kesiangan buat sarapan, karena suka gak kebagian. Sarapanlah diwaktu waktu pagi dimana makanan masih lengkap tersedia. Di hari pertama sarapan ini, saya memilih roti gandum plus selai cokelat, sereal plus susu, dan kopi plus creamer (porsi maruk). Tapi pada akhirnya makan sereal susu aja udah cukup mengenyangkan. 
Breakfast corner at Five Stones Hostel


2. Persiapan bekel selama di perjalanan. Karena kita ini half-backpacker, jadi kita ambil tips dari para backpacker buat bawa minum dan bekel alias snack snack buat ganjel laper selama di perjalanan. Ya seperti kita ketahui sebelumnya, biaya hidup di Singapore ini mahal bok! Jadi kalau mau irit bisa ikutin tips kita. Dari Indo, kita udah bawa snack dari oats yang kaya fiber buat bekel diperjalanan kalau kalau laper bisa untuk ganjel perut. Lumayan simple, murah dan mengenyangkan, meskipun pada akhirnya harus diisi nasi juga hehehhe... Jangan lupa untuk bawa botol minum sendiri karena ini juga akan mengirit pengeluaran kamu selama jalan jalan. Dan isi botol minumnya di hostel atau di tempat tempat yang menyediakan air minum gratis langsung minum seperti di Changi. Karena jalan seharian pasti kita akan kehabisan banyak cairan jadi jangan gengsi buat bawa air minum sendiri yaa. Karena FYI harga air mineral di sana sekitar 1,5 dolar. Lumayan kan uanganya bisa buat beli oleh oleh :p

3. Pakai pakaian senyaman mungkin yang menyerap keringet. Waktu disana, mostly saya jalan jalan pakai rok. Keliatannya emang ribet, tapi percayalah asal kita pinter pilih outifit yang pas, gak terasa ribet sama sekali kok malah jatuhnya jadi keliatan modis dan oke buat keperluan foto foto selama disana. hehehhe... karena salah salah satu prinsip saya ketika travelling adalah #travelinstyle, ala ala selebgram (selebgram gagal ini mah) LOL, jadi penampilan adalah sesuatu yang penting. Tapi kenyamanan adalah segalanya selain outfit yang harus matching juga. Tips dari saya buat perempuan yang suka pakai rok selama travelling adalah pilih bahan rok yang ringan, nyaman, dan menyerap keringat. Atasannya sesuaikan aja bisa pakai kaos dan di mix n match sama cardigan atau sejenisnya. Hindari menggunakan pakaian dengan bahan yang 'heavy'seperti jaket berbahan jeans, woll yang tebal, atau bahan bahan yang terlihat formil lainnya. Karena bahan bahan tersebut kurang nyaman buat kita yang seharian jalan dan akan berkeringat banyak. 


OOTD

4. Pakai alas kaki alias sepatu yang ringan dan nyaman! Ini penting banget. Karena hampir seharian kita pakai kaki buat menjelajah, jadi pastikan sepatu yang kamu pakai itu ringan dan nyaman! Biasanya sih buat para traveller mereka pakai sepatu kets atau sepatu olahraga karena emang diperuntukkan buat keperluan outdoor dan nyaman dipakai jalan jauh. Tapi kalau saya sih pasti cari sepatu yang ringan dulu, karena kalau kondisi sepatunya aja udah berat sekalipun itu sepatu sport, pasti jatuhnya kurang nyaman dan akan makan energi lagi buat tubuh kitanya. Sepatu olahraga yang ringan dan nyaman itu gak harus mahal kok. Oia dan pastikan matching juga kalau dipadu padankan dengan rok yaa :) Sangat tidak disarankan pakai sandal jepit (karena bisa putus, sakit dan gak covering jadi bisa bikin kaki belang dan kurang oke buat foto *teteeeuuupp*) dan wedges (sekalipun wedges di sepatu sport yang sekarang modelnya sedang kekinian, tetep aja boook itu haknya bikin pegel kalau dipakai jalan jauh). Kalau mau pakai sneaker dan flat shoes pastikan sol dan bagian bawahnya itu bahannya dari karet bukan dari bahan yang licin dan keras, jadi bisa lentur menyesuaikan bentuk kaki, gak lecet, gak licin apalagi musim hujan gini (malu kan klo lagi pose eh tiba tiba kepleset), dan yang pastinya nyaman dipakai jalan jauh.

5. Pakai tas model backpack. Ini sebenernya optional sih tergantung selera yaa.. cuma kalau saya sih prefer untuk pakai tas model backpack karena bisa menampung banyak barang dan lebih simple daripada pakai model tote bag atau sling bag, kalau model backpack bisa untuk nyimpen belanjaan juga dalam satu tempat dan lebih ringkes. Pilih model backpack yang ergonomis, jangan terlalu besar dan terlalu kecil juga, dan yang pasti harus fashionable juga :D

6. Bawa uang secukupnya dan simpen di beberapa tempat untuk menghindari hal hal yang tidak kita inginkan. Kalau mau beli oleh oleh, make sure hitungannya sesuai hahaha, maksud hitungannya sesuai itu jadi kalau bisa jangan sampai overbudget dan beli hal hal yang sebenernya gak perlu. Kalau perlu di list apa aja dan siapa aja yang mau dibeliin oleh oleh yaa...


Oke deh mungkin cukup segitu aja tips dan persiapan yang perlu diperhatikan sebelum jalan jalan di Singapore. Hope you'll enjoy!

Kamis, 01 Desember 2016

Trip To Singapore (part 1)

Assalamualaikum...
Yuhuuu... udah lamaaaaa bgt gak ngeposting di blog ini.. it's been 2 years sejak saya mulai sibuk dengan pekerjaan yang baru dan banyak perubahan yang terjadi, salah satunya perubahan bentuk tubuh hahahah... *skip*

WELL, sebenernya am totally super exciting buat share dan cerita tentang perjalanan liburan saya beberapa minggu lalu! why??? 
pertama, Ini adalah perjalanan pertama saya ke luar negeri :D Kecintaan saya akan travelling membuat saya ingin mengunjungi banyak tempat baru di dalam dan luar negeri... smoga ke depannya ALLOH mudahkan saya bisa keliling dunia.. aamiin...
kedua, Destinasi luar negeri yang saya datangi ini adalah salah satu destinasi impian yang sudaaah sejak lama saya impikan untuk saya kunjungi dari beberapa tahun lalu :) :)
and know, my dream has came true! alhamdulillah....

Okeh, kenapa harus SINGAPORE? Ya selain karena common reasons seperti dekat, murah (udah jadi rahasia umum kalau tiket ke singapore lebih murah daripada tiket pesawat ke BALI), alasan yang paling membuat saya penasaran akan negeri singa ini adalah, cerita mengenai negara yang bersih, rapi, teratur dan sangat jauh berbeda dari Indonesia. Cerita mengenai Singapore yang tertib dan bersih memang bukan cerita yang baru saya dengar, tapi entah kenapa cerita yang saya dengar dari guru private bahasa inggris saya beberapa tahun lalu seolah olah real (meskipun saya baru mendengar cerita darinya saja), dan membuat saya berjanji dalam hati *ciyeee* kalau suatu hari nanti saya harus nabung buat datang kesana, mengeksplor dan menikmati suasana kota yang rapi, dan jugaa... berbicara mengaplikasikan kemampuan conversation bahasa Inggris saya yang biasa-aja-gak-terlalu-bagus-yang-penting-pede.... :p Ngomong-ngomong soal bahasa Inggris, bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran favorit saya sejak SD. Meskipun gak sejago anak anak jaman sekarang yang dari balita udah  dijejelin bahasa inggris, tapi saya selalu senang buat menggunakannya. That's why perjalanan ke luar negeri jadi tantangan tersendiri buat saya bisa berbicara dan mengaplikasi kemampuan speaking saya sama native speaker.

Oke back to cerita perjalanan disana, kita berangkat hari Kamis pagi (setelah sebelumnya harus melalui hari hari penuh drama di kantor) dan sesampainya disana harus melewati proses imigrasi dulu yang penuh ketegangan, liat petugasnya aja udah tegang secara gak ada yang ramah dan pasang muka jutek semua (di negara ini penduduknya gak seramah Indonesia gengs, apalagi Ciamis, jadi jangan harap ketemu banyak muka manis dan senyuman tulus). Oya, buat yang baru pertama kali ke Singapore, seperti saya, sebelum landing, biasanya kita harus mengisi form embarkasi buat nanti diserahkan di imigrasi Singapore, formnya bisa minta ke pramugari di pesawat, jadi ini akan memudahkan kita untuk antri di imigrasi gak perlu mengisi form dulu sesampainya disana. Isi form dengan lengkap ya gengs, karena saya dan seorang teman saya diminta untuk melengkapi lagi pas sudah di hadapan petugas, untungnya saya masih dikasih pinjem bolpoint dan langsung dilengkapi disitu, gak disuruh balik lagi ke tempat form dan antri lagi hehehe...
Tips, selama di imigrasi yang saya dapatkan dari berbagai situs dan cerita teman adalah, kamu bersikap  biasa mungkin, jangan sibuk dengan gadget dan headset, bersikaplah selayaknya turis yang mau liburan hahaha.. pasang muka manis aja. 

Oya, karena ini perjalanan perdana ke luar negeri, berdua saja dengan seorang teman, tanpa tour guide dan tanpa travel perjalanan, saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya sejak beberapa bulan sebelumnya. Mulai dari pantengin harga pesawat yang paling murah, waktu yang sesuai sama tanggal cuti kita, cari penginapan yang murah dan strategis, transportasi dari bandara ke hotel, tempat makan, transportasi selama disana, sampai lama perjalanan dari satu tempat ke tempat lain sudah dihitung estimasi waktuny. Semuanya pake riset gengs! Gak asal berangkat aja dan gambling gimana nanti disana. Saya jug udah buat itinerary sedetail mungkin lengkap dengan plan A dan plan B nya kalau kalau ada perubahan tujuan disana. Gimana cara risetnya, gampang, tinggal browsing di google banyak kok bisa kamu temukan website dan cerita cerita dari blogger yang solo traveler atau backpacker ke sana. Oke karena sistem liburan kita adalah half backpacker (masih pake koper, masih dandan dandan cantik, dan masih rempong tapi dengan budget minimalis kaya backpacker) jadi kita masih memperhitungkan segi kenyamanan dan segi ekonomisnya juga.. Jadi yaa meskipun hemat tapi gak nyusahin diri sendiri juga LOL.

Okeh, setelah sukses  melewati imigrasi, akhirnya kita cari-cari counter buat beli EZ LINK. Ez Link adalah kartu yang bisa kita isi ulang buat naik MRT selama di Singapore, selain Ez Link ada juga STP atau Singapore Tourist Pass. STP fungsinya sama seperti Ez Link tapi STP agak ribet karena harus deposit dan depositnya harus diambil sebelum kembali ke negara tujuan dan kartu itu hanya berlaku selama disana, jadi kalau kita mau pulang harus dikembalikan dan masa berlakunya diperpanjang dari 1 hari, 3 hari sampai 1 minggu. Saya prefer buat pakai Ez Link, karena hanya perlu diisi ulang di counter2 isi ulang MRT yang bisa kamu temukan di stasiun, kartunya berlaku 5 tahun, dan bisa dibawa pulang. Agak bingung n susah juga menemukan counter Ez Link di Changi dari terminal 2, jangan bingung gengs, kamu bisa tanya di bagian informasi kemana stasiun MRT, letaknya ada di basement, dan sesampainya disana kita beli Ez Link seharga 12 SGD. 7 dolar harga kartunya, 5 dolar harga isi ulangnya. Di changi ini juga banyak konter2 yang berjualan sim card, tapi dari banyak review yang saya baca, sebaiknya jangan beli simcard di Changi, karena harganya jauh lebih mahal, kalau mau beli simcard (simcard yang terkenal disini SingTel)  bisa di convenient store seperti 7 Eleven dengan harga yang jauh lebih murah. Tapi karena entah kenapa kita gak bisa beli di seven eleven dengan alasan harus aktivasi dll dan gangguan apalah, akhirnya selama 3 hari disana, kita gak beli simcard, hanya mengandalkan wifii di hostel dan di tempat2 tertentu. 

Oke setelah beli Ez Link, kita langsung naik MRT. Nah buat yang pertama naik MRT, kamu harus download dulu rute dan peta MRTnya buat dipelajari sebelum naik. Karena agak tricky juga bagi yang baru pertama naik. Tapi tenaang.. kalau kamu udah bisa ngebaca rute MRT, selanjutnya akan mudah dan lancar kok. Gak akan takut nyasar deh! Karena hostel kita terletak di Bugis St, yaitu Five Stones Hostel, hostel yang lumayan murah, bersih, aman dan startegis, cuma jalan 2 menit ke Mesjid Sultan, 3 menit ke Haji Lane,10 menit ke Stasiun MRT Bugis, dan  10 menit ke Bugis Junction. Recommended buat half backpacker seperti saya deh... Di Five Stones Hostel ini kita booking kamer yang seperti dorm yang diisi 4 orang khusus perempuan, dengan fasilitas 2 tempat tidur bertingkat, loker masing-masing, ac dan wifii. Yang menyenangkan dengan situasi kamar sharing seperti ini adalah kita bisa saling kenalan dengan penghuni yang lain. Seperti saya yang berkenalan dengan foreigner dari Prancis, Nadia Herbs yang datang ke Singapore dengan tujuan berlibur setelah sebelumnya berkunjung ke Lombok dan Bali. Selain Nadia, saya juga berkenalan dengan Lydia, mahasiswa S2 FKM UI yang ternyata junior saya di UNPAD ketika ambil S1 yang akan menghadiri seminar di salah satu universitas di sini sebagai prasyarat pengajuan tesis. Keren yaa seminarnya jauuh hehehhe...

Berikut itinerary kita di hari pertama:
flight 09.50-11.50 waktu Singapore
13.15-13.45 otw ke stasiun Bugis
13.45-14.00 sampai ke Five Stones hostel
14.00-15.00 istirahat dan sholat
15.15-17.00 jalan jalan di sekitar hostel ke Sultan Mosque, Haji Lane dan cari makan di sekitar Sultan Mosque
17.00-17.30 perjalanan ke Merlion Park 
17.30-20.00 sampai di Merlion Park, menikmati pertunjukkan laser dan gemerlap lampu
20.00-20.30 pulang ke hostel

Peta Sistem MRT
Mesjid Sultan

Haji Lane- spot foto paling hits

Raffless City

Skyscraper and lights


Merlion Park


Kamis, 10 Juli 2014

Ramadhan... Bulan Yang Penuh 'Kejutan'

Assalamualaikum...

Alhamdulillah, memasuki hari ke-12 puasa, akhirnya saya bisa sedikit sharing dan menulis lagi di blog pribadi saya ini. Sesuai dengan judul yang saya tulis, bahwa Ramadhan bagi saya adalah bulan yang penuh dengan 'kejutan'. Kejutan seperti apa? Kejutan yang diberikan dari Sang Pemilik Semesta kepada hamba-hambaNya, baik berupa ujian, cobaan, kebahagiaan, kesedihan dan pengalaman-pengalaman baru.
Bercerita mengenai kejutan, alhamdulillah, Ramadhan kali ini saya mendapat banyak sekali berkah dan rezeki yang luar biasa melimpah. Berkah dan rezeki bukan dalam hal materi saja, tapi juga dalam proses pemaknaan hidup, pendewasaan, dan penambahan wawasan. Tidak seperti Ramadhan tahun lalu, yang dilewati dengan penuh kesedihan dan perjuangan mati-matian untuk bangkit dari keterpurukan, Ramadhan kali ini alhamdulillah dirasakan jauh lebih istimewa.
Kalau bercerita mengenai Ramadhan tahun lalu, ada cobaan yang begitu berat saya rasakan dan harus saya jalani. Mungkin bagi sebagian orang cobaan ini belum seberapa, tapi bagi saya yang mentalnya masih begitu lemah dan kerdil, ini adalah cobaan yang cukup berat. Kehilangan dan kerelaan untuk melepaskan seseorang atau sesuatu yang bukan lagi milik kita memang hal yang dirasakan manusia paling berat. Apalagi jika seseorang atau sesuatu tersebut sudah menjadi bagian dari separuh kehidupan dan kesejiwaannya. Tapi, terlepas dari apapun itu, manusia tidak memiliki hak sama sekali menguasai dan menggenggam segala sesuatu yang dia miliki saat ini, karena semua itu semata-mata adalah titipan dari Rabb-nya. Manusia hanya diberikan amanah untuk menjaga, mengasihi, merawat dan melindungi segala yang dititipkan Rabb pada nya.
Keterpurukan saya beberapa bulan sebelum Ramadhan membuat saya belajar banyak hal. Belajar menerima, belajar menjadi orang yang lebih sabar, belajar menjadi orang yang lebih ikhlas dan belajar memaknai bahwa begitu kecilnya kekuasaan dan daya manusia di hadapan Tuhannya. Alhamdulillah, tahun lalu ketika mengalami masa getir saya masih dipertemukan dengan Ramadhan. Bulan suci nan mulia dimana di dalamnya terdapat begitu banyak hikmah, berkah, ampunan dan karunia yang diberikan ALLAH kepada hamba-hambaNya. Alhamdulillah lagi, momentum Ramadhan tahun lalu saya jadikan sarana untuk belajar, introspeksi diri, bertaubat, merenungi segala dosa dan kesalahan yang pernah saya buat di tahun-tahun sebelumnya, muhasabah diri dan bertekad untuk terus memperbaiki diri serta melupakan masa lalu yang begitu menyakitkan.
Sungguh suatu kejutan yang 'indah' bagi jiwa dan diri saya menghadapi Ramadhan tahun lalu. Air mata penyesalan yang tumpah di waktu-waktu solat, waktu-waktu bermunajat, membuat saya menjadi semakin kuat, sabar dan ikhlas. Meskipun  tentu semuanya membutuhkan proses yang tidak mudah dan singkat. Sebagai manusia yang mungkin selama ini saya begitu sombong, terlalu percaya diri, dan melupakan kehadiranNya, saat itu saya merasa menjadi manusia yang begitu hina, penuh dosa, kecil dan tidak berdaya sama sekali... Saya begitu merasa terpuruk dan jatuh... Malu.... bahkan saking malunya, untuk berdoa dan meminta ampunanNya pun saya ragu... Ragu bukan karena khawatir apakah ALLAH akan mengampuni saya, tapi ragu apakah manusia hina seperti saya masih pantas untuk memohon ampun dan mengiba permintaannya dikabulkan. Bisa dibilang, saya berada di titik nol. Titik nadir. Dimana manusia merasa begitu kosong, lemah dan hancur....
Alhamdulillah, berkat segala hidayahNya dan pertolonganNya, ALLAH menguatkan saya. ALLAH membangkitkan harapan dan rasa percaya saya bahwa saya bukan satu-satunya manusia yang hancur dan lemah. Saya bukan satu-satunya manusia yang menangis sendirian, menahan kencangnya suara tangisan ketika bermunajat kepadaNya, dan ALLAH menguatkan saya bahwa Dia akan melimpahkan rahmatNya kepada manusia-manusia seperti saya. Yap, selama ini, tepatnya Ramadhan tahun kemarin sampai beberapa bulan kemarin, saya selalu mencurahkan segala isi hati saya hanya kepadaNya. Bahkan sampai menangis pun begitu tersedu berkali-kali di hadapanNya. Sepanjang hidup, baru kali ini saya merasakan sakitnya menahan air mata yang tumpah... Dalam kesendirian ketika usai sholat, berkali-kali saya menahan tangis saya... Bukan menahan untuk tidak menangis, tapi menahan supaya suara tangisan saya tidak terdengar orang lain... Rasanya ingin sekali menangis terguguk, teriak, seperti seorang bayi yang kelaparan meminta air susu ibunya, tapi saya tidak bisa. Saya tidak ingin orang lain tahu betapa hancurnya perasaan saya saat itu. Sesedih apapun itu, saya harus bisa kelihatan kuat dihadapan orang lain, meskipun saya bukan orang yang pandai mengubah ekspresi dan berpura-pura.
Dan kini... setelah satu tahun berlalu dari Ramadhan tahun lalu, saya bisa tersenyum senang di Ramadhan kali ini. Tersenyum senang dan bahagia karena saya merasa saya telah mampu melewati semua cobaan dan keterpurukan yang pernah saya rasakan.Saya begitu bersyukur atas pencapaian dan apa yang saya dapat selama setahun ini. Kesalahan di masa lalu membuat saya banyak sekali belajar mengenai hidup. Prosesnya dan bagaimana cara memaknainya. Alhamdulillah, tahun ini saya dipertemukan dengan teman-teman yang luar biasa solid, membahagiakan, saling support, insya ALLAH sholeh dan sholehah, kehidupan dan lingkungan pekerjaan yang membuat saya nyaman, beberapa pengalaman baru, bertemu orang-orang baru yang membuat saya kembali banyak belajar memahami hidup dan karakter manusia yang berbeda-beda, serta pengalaman-pengalaman baru bertemu orang-orang yang selama ini tidak pernah saya duga dan rencanakan. Alhamdulillah, itu semua membuat saya merasa lebih hidup, merasa lebih berarti dan bisa menghargai setiap prosesnya.
Itulah yang dinamakan kejutan. Manusia tidak bisa memilih (meski bisa mengusahakan) dengan siapa dia akan bertemu, dengan siapa dia menghabiskan waktu, dengan siapa dia menangis dan tertawa, manusia pun tidak bisa memilih seperti apa jalan hidupnya. Karena kehidupan adalah runtutan proses terbukanya kotak kejutan-kejutan yang ada di hadapan kita, yang telah disediakan oleh Sang Pemilik Skenario Terbaik, ALLAH SWT. 
Nyatanya memang benar mengenai ungkapan ini: jika seseorang pergi dari kehidupanmu, maka kepergiannya akan membuka banyak pintu bagi orang lain yang jauh lebih baik untuk datang ke kehidupanmu. Dan saya percaya itu :)
Akhirnya, saat ini yang harus saya lakukan adalah, saya harus terus memperbaiki diri, istiqomah terhadap perubahan-perubahan yang sudah saya lakukan menuju ke arah yang lebih baik, banyak bersyukur, makin berpikir dewasa, tidak mudah tergoda oleh kemewahan dan kilau dunia karena sesungguhnya manusia di dunia hanya mampir. Saya berharap, Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir saya sendiri,Ramadhan terakhir saya melajang. Semoga di tahun depan, Ramadhan saya bisa lebih berkah karena sudah hadirnya seorang suami yang menjadi imam dan penuntun saya menuju surgaNya. Aamiin Ya Rabbal 'alamin...

Wassalamualaikum...

Jumat, 06 Juni 2014

Guru Favorit Tidak Sama Dengan Guru Terbaik

Assalamualaikum...
Beberapa waktu lalu bertepatan dengan acara perpisahan kelas XII, alhamdulillah saya mendapat achievement sebagai guru terfavorit versi siswa/i. Memang bukan penghargaan yang besar bagi sebagian orang, tapi ini merupakan salah satu penghargaan terbaik yang pernah saya dapatkan selama empat tahun berkarir sebagai guru.
Empat tahun memang bukan waktu yang lama untuk berkarir sebagai guru. Bahkan menjadi guru atau tenaga pengajar sebenarnya tidak berkaitan dengan background pendidikan akhir saya di bidang keperawatan. Tapi rencana Allah yang menuntun saya berada di dunia pendidikan dan akhirnya mau tidak mau saya jalani sampai saat ini. Selama berkarir, memang belum banyak pengalaman dan pencapaian yang saya dapatkan. Tapi saya berusaha menjadi orang yang mensyukuri apapun itu baik hal yang positif dan negatif yang saya dapatkan selama bekerja sebagai guru. Guru yang saya bicarakan disini adalah guru yang masih sebagai tenaga honorer, masih muda, masih minim pengalaman dan masih harus banyak belajar. Terutama belajar menghadapi banyak siswa dengan berbagai macam karakter yang jika dibandingkan dengan dulu sudah sangat kompleks dan disertai dengan masalah yang juga tidak mudah dihadapi.
Guru Favorit Tidak Sama Dengan Guru Terbaik! Yap, itu adalah opini saya. Bagi saya, guru favorit belum tentu bisa menjadi guru yang baik. Karena guru favorit dipilih berdasarkan voting, sangat bersifat subjektif dan biasanya dipilih langsung oleh siswa. Biasanya siswa memilih seorang guru sebagai guru favorit bukan berdasarkan prestasi atau lamanya pengalaman guru tersebut dalam mengajar, tetapi berdasarkan kenyamanan mereka diajar dan berhadapan dengan guru yang bersangkutan.
Sebagai seorang guru muda yang menjadi favorit bagi siswa, saya merasa sangat bersyukur. Akan tetapi, saya juga sekaligus merasa sedikit terbebani karena jujur saja mereka menobatkan saya sebagai guru terfavorit dalam hal apa itu yang masih harus saya kaji. Saya jadi berpikir ulang, apakah saya cukup pantas dianggap sebagai guru favorit?? Apakah selama ini cara mengajar dan mendidik siswa sudah dianggap baik dihadapan mereka? Atau apakah selama ini cara pendekatan saya kepada mereka sudah dianggapn cukup berhasil?
Rasanya saya masih harus banyak belajar mengenai itu semua. Kalau boleh saya berpendapat, mungkin mereka menyukai saya karena selama ini setiap kali mengajar saya berusaha menempatkan diri saya dalam posisi mereka. Bukan berarti saya memanjakan mereka, obral dalam memberi nilai, terlalu baik sehingga mereka bisa meremehkan saya, tapi justru sebaliknya. Selama ini saya lebih menekankan pada pendekatan selayaknya teman, teman dengan batasan-batasan tertentu.
Saya hapal betul karakter anak zaman sekarang, ketika kita sebagai guru dan orang tua mereka di sekolah menganggap mereka sebagai teman dan memiliki kedekatan sendiri, biasanya banyak siswa yang memanfaatkan itu sehingga akhirnya hubungan kedekatan yang terjalin disalahartikan, sehingga siswa menjadi tidak tahu batasannya, tidak tahu bagaimana harus bersikap santun dihadapan guru karena dia merasa sudah cukup nyaman menganggap gurunya sebagai teman.
Pertama kali saya terjun di dunia pendidikan dan berhadapan dengan siswa, saya sadar, sebagai guru baru yang masih muda dan minim pengalaman, saya harus bisa menempatkan diri, saya harus punya karakter. Karakter dalam bersikap di depan mereka, sekaligus karakter dalam cara mengajar di depan kelas. Karakter yang muncul tentunya saling berkaitan erat dengan karakter pribadi saya sendiri. Saya orang yang berusaha on time dalam kesempatan apapun termasuk masuk ke kelas, saya juga dikenal dengan sifat disiplin terutama disiplin dalam menanamkan nilai nilai moral dan kesopanan, dan saya juga lebih senang serius dalam mengajar, dan berusaha seimbang memberikan reward dan punishment kepada siswa sebagai salah satu cara memotivasi mereka.
Saya akui, mungkin ketika mengajar dan memaparkan materi, saya bisa sangat serius, bahkan mungkin jarang bercanda. Karena memang karakter saya seperti itu. Tapi, saya juga bukan orang yang kaku untuk diajak bercanda tentunya melihat konteks dan situasi pada saat itu.
Bagi saya, mungkin mudah saja memberikan nilai 100, akan tetapi jika itu tidak didukung dengan attitude yang baik, nilai 100 itu bisa saja bernilai 0. Di zaman sekarang, jarang sekali orang yang menghargai proses. Semuanya berfokus pada hasil. Terbukti dengan semakin banyaknya cara membuat segala sesuatunya menjadi jauh lebih mudah dengan cara cara instan yang didukung dengan kemajuan teknologi. Apalagi di dunia pendidikan, bagi saya, nilai itu tidak berarti apa apa. Karena siapapun bisa memanipulasinya. Yang terpenting adalah proses dan praktik dalam memperoleh nilai tersebut. Toh, nilai-nilai tersebut pun tidak akan bermanfaat membantuk manusia dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang mereka hadapi.

Kembali ke judul...
Untuk menjadi guru favorit mungkin mudah saja, tinggal berupaya mengambil hati siswa tanpa mempedulikan esensinya. Tapi untuk menjadi guru terbaik rasanya akan sangat sulit. Karena seorang guru yang terbaik tentunya masih harus terus belajar menangani siswa, dengan karakter yang berbeda-beda dan masalah yang jauh lebih kompleks, selain itu guru terbaik tentunya harus bisa memenuhi kewajiban adminstratif sebagai tenaga pengajar seperti RPP, Silabus dll. Guru yang baik adalah guru yang mampu menerapkan karakter positif kepada siswanya dan selalu diingat menjadi pelajaran hidup di masa depan bagi siswa/i nya. Guru terbaik adalah guru yang mampu menjadi panutan, teladan, dan mampu mengakui jika dirinya tidak sempurna dan masih harus banyak belajar, tidak malu mengakui kesalahannya di hadapan siswa, bukan guru yang otoriter, galak, ditakuti siswa dan selalu menganggap dirinya paling benar dan tidak pernah salah.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi siapapun yang membaca. Intinya, sebagai agent of change, ujung tombak perubahan generasi penerus, kita tidak boleh cepat puas dan lelah dalam memberikan yang terbaik. Terus mengupgrade diri, baik dari segi ilmu pengetahuan dan kecerdasan emosional kita dalam menghadapi anak didik :) Insya ALLAH next time saya akan share hal hal lain yang berkaitan dengan suka duka dalam dunia pendidikan

Wassalamualaikum

Rabu, 04 Juni 2014

Bekerja, Bukan Sekedar Untuk Menyambung Hidup

Assalamualaikum...

Finally, setelah hampir beberapa bulan gak posting something di blog ini akhirnya hari ini memberanikan diri buat nulis lagi....
Kali ini yang ini saya share adalah seputar pekerjaan saya dan achievement kecil yang saya dapatkan selama beberapa bulan kemarin.
Well, sebelum cerita mengenai achievement apa yang saya dapat, saya ingin share sedikit mengenai pekerjaan dan jobdesk saya.
Oke, saya adalah seorang guru honorer di beberapa sekolah kejuruan kesehatan swasta di sekitar kota dan kabupaten Cirebon. Guru memang pekerjaan yang tidak sesuai dengan background pendidikan saya sebagai sarjana keperawatan. Even waktu kuliah sempet belajar microteaching dan praktik mengajar (penyuluhan) kesehatan, tapi entah kenapa menjadi tenaga pengajar adalah sebuah passion dan kesenangan tersendiri bagi saya dibanding harus terjun ke lapangan sebagai tenaga kesehatan (perawat). That's why saya tidak melanjutkan studi saya ke jenjang profesi ners karena at that time saya berpikir, passion saya ternyata bukan sebagai perawat. Mungkin dari pernyataan saya yang sebelumnya ini memunculkan banyak pertanyaan yang sama: lalu kenapa kamu milih jurusan keperawatan waktu kuliah kalau gak mau jadi perawat??
Pertanyaan itu sering muncul pada fase-fase awal saya ketika lulus kuliah. Mendengarkan pertanyaan yang sama dari sekeliling bahkan dari dalam diri kita sendiri rasanya lama-lama bikin pusing juga. Finally, saya sadar bahwa semuanya sudah digariskan oleh Allah. Apapun yang telah saya lalui dan keputusan yang telah saya ambil tentu semua terjadi atas izin ALLAH.
Oke kembali ke cerita seputar pekerjaan saya. Pekerjaan menjadi guru sejujurnya tidak semudah pekerjaan lain yang hanya stand by almost 8 jam di depan komputer, duduk manis di meja kerja dan menghadapi berkas-berkas pekerjaan yang terasa membosankan. Guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar, tapi guru juga sebagai tenaga pendidik. Tugas guru tidak hanya mengajarkan pelajaran atau materi kepada siswa, membuat siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, tapi tugas guru lebih berat dan besar dari itu semua. Karena tugas guru berkaitan erat dengan moral generasi penerus bangsa.
Berbicara soal moral, mungkin kita sudah sangat memahami seperti apa pemberitaan dan kejadian di luar sana yang terkait dengan pelanggaran moral dan norma susila. Apalagi terkait dengan pelanggaran moral yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah, terutama soal pergaulan bebas dan kesopansantunan. Dan, guru memiliki peranan yang sangat penting akan hal-hal di atas.
Jika dibandingkan dengan pekerjaan sebagai perawat, mungkin sama beratnya. Karena sebagai perawat tidak hanya merawat dan memenuhi kebutuhan dasar manusia (pasien) saja, tapi perawat juga memegang tanggung jawab yang besar berkaitan dengan nyawa dan masalah hidup mati seorang manusia.
Tanggung jawab tadi tentunya berkaitan erat dengan masalah hati nurani. Hati nurani bagi saya berkaitan erat dengan passion. Passion kita terhadap sesuatu, salah satunya pekerjaan, akan menentukan kualitas dan nilai produktifitas dari pekerjaan kita. Jika kita melakukan segala sesuatu dengan hati dan passion pasti hasilnya akan terlihat natural dan maksimal. Dan saya sangat percaya itu. Termasuk dalam bekerja. Jika kita menganggap pekerjaan hanya sebagai sarana untuk memperoleh uang, mencari nafkah dan berorientasi pada uang tentu hasil pekerjaan kita akan terlihat biasa saja, tidak natural, tidak ada passion dan kita pun sulit untuk memperoleh kepuasan dari hasil pekerjaan yang kita dapatkan.
Bagi saya, bekerja bukan sekedar sarana untuk mengaktualisasikan diri dan sarana untuk memperoleh uang atau mencari nafkah, tapi bekerja adalah soal passion dan kepuasan batin. Soal bagaimana kita menikmati setiap tugas dan pekerjaan kita dengan optimisme dan senyuman, bukan dengan keluhan dan rutinitas semata.Soal bagaimana kita menikmati lembur atau overtime sebagai sarana meningkatkan produktifitas, bukan sebagai suatu kewajiban semata.
Pekerjaan sebagai seorang guru, apalagi guru honorer mungkin bukan pekerjaan yang nyaman dan menjanjikan bagi banyak orang. Bahkan ada banyak orang yang memandang sebelah mata pekerjaan seorang guru, apalagi dengan kata 'honorer' yang melekat di belakangnya. Mereka yang menganggap sebelah mata adalah mereka yang salah satunya menganggap bahwa pekerja honor tidak akan bisa kaya, tidak akan bisa mapan, gajinya kecil pas pasan dan sulit mendapatkan kesejahteraan dari kantor... 
Saya akui, anggapan mereka mungkin ada benarnya. Jika dibandingkan soal gaji dengan pekerjaan karyawan kantoran yang bekerja 5 hari dalam seminggu dan 8 jam dalam sehari memang sangat jauh berbeda. Tapi sekali lagi, saya tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Bukan karena saya munafik karena tidak membutuhkan uang, bukan, tapi balik lagi kepada definisi pekerjaan menurut saya. Bahwa pekerjaan itu soal passion dan kepuasan, bukan hanya sekedar materi dan gaji.
Saya yakin, banyak sekali orang di luaran sana, terutama di kota besar seperti Jakarta yang bekerja di kantor yang mewah, gedung perkantoran yang bertingkat sampai 60 lantai, ruangan ber AC, dikelilingi banyak fasilitas, gaji yang jauh di atas UMR, tapi.... mereka tidak bahagia menjalani hari-harinya dalam mengerjakan pekerjaannya. Itu karena mereka menganggap pekerjaan adalah sebagai bagian dari rutinitas untuk menyambung hidup, bukan sebagai bagian dari sarana aktulialisasi diri atau sarana mencurahkan passion guna mendapatkan kepuasan. Ini dibuktikan dengan banyaknya pekerja kantoran yang resign dan berniat membuka usaha sendiri dikarenakan mereka sudah lelah dan jenuh bekerja selama 8 jam sehari ditambah rutinitas pekerjaan yang tiada henti. Bahkan mungkin saking terikat kuatnya dengan rutinitas pekerjaan, mereka lupa bagaimana rasanya menikmati kebahagiaan sederhana dengan keluarga, mereka lupa bagaimana rasanya menikmati kasih sayang yang selama ini tercurah dari orang-orang yang ada di sekeliling mereka, parahnya, mungkin pola pikir mereka berubah menjadi sempit karena mengukur segala sesuatunya hanya dengan materi, uang, dan gengsi.
Jika manusia sudah terkungkung pada pemikiran seperti itu, lama kelamaan mereka akan lupa apa itu passion, apa itu bahagia, apa itu kepuasan dan bagaimana caranya bersyukur... Parahnya, bahkan mereka mungkin akan lupa bagaimana cara mengenali Tuhan mereka masing-masing, lupa bagaimana mempersiapkan bekal untuk mati, untuk hidup yang kekal setelah di dunia...

Dari penjelasan panjang lebar saya di atas, saya sadar, pemikiran saya mungkin akan ditentang atau diremehkan banyak orang. Itu wajar. Toh setiap orang berhak mengungkapkan pemikiran dan pendapatnya masing-masing. Kembali lagi kepada pribadi saya, saya sangat bersyukur dengan apa yang saya punya saat ini. Dengan pekerjaan yang saya jalani saat ini. Meskipun tidak memiliki jenjang karir yang jelas, tidak dikelilingi fasilitas yang memadai, tidak mendapat gaji tetap yang besar setiap bulannya, tapi saya masih bisa bersyukur. Karena dibalik keterbatasan itu semua, saya masih bisa merasakan apa itu passion,apa itu kepuasan, apa itu kebahagiaan yang sederhana, dan untungnya saya masih bisa mengenali siapa Tuhan saya, dan yang terpenting, saya bisa memenuhi hak Sang Pencipta melalui ibadah tanpa harus terganggu dengan rutinitas pekerjaan yang kadang tidak bisa ditinggalkan...

Kembali lagi ke passion, jika kita bekerja sesuai dengan passion, apapun hasilnya selalu memuaskan dan bonusnya ada penghargaan dari sekeliling terhadap apa yang kita lakukan. Beberapa minggu lalu, alhamdulillah saya mendapat penghargaan sebagai guru mata pelajaran produktif terfavorit di salah satu sekolah tempat saya mengajar. Mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran yang berkaitan erat dan jurusan dari sekolah tersebut. Karena saya mengajar di sekolah menengah kejuruan jurusan keperawatan, maka mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran yang membahas seputar konsep dasar mengenai keperawatan. Dari 6 guru yang mengajar, alhamdulillah saya menjadi yang terfavorit menurut siswa/i.
Meskipun ini hanya penghargaan kecil yang dituangkan hanya lewat piagam sederhana, but it means alot for me. Artinya sangat besar untuk saya. Bahkan sebelumnya, penghargaan semacam ini tidak pernah terbesit sedikit pun di benak saya. Karena selama ini saya akui, dalam mengajar masih banyak kekurangan. Bahkan bisa dibilang saya adalah salah satu guru yang terkenal agak keras, disiplin dan mungkin judes hehehehhe....
Tapi selama saya mengajar 4 tahun ini, ini adalah salah satu bentuk penghargaan tertinggi saya. Saking senangnya dan kagetnya, waktu di umumkan di acara perpisahan, saya sempat shock dan terharu. Alhamdulillahi Rabbil Alamin... rasanya tidak ada kata yang pas selain bersyukur karena pekerjaan kita diapresiasi banyak orang :)

Semoga apa yang saya tulis di postingan kali ini, bisa bermanfaat bagi yang membaca. Semoga kedepannya saya bisa terus memperbaiki diri. Tidak pernah puas dalam mengupgrade diri dan kemampuan khususnya ilmu pengetahuan yang akan saya bagikan kepada murid-murid :)

Wassalamualaikum
 

Septina Priyanti's Blog Template by Ipietoon Cute Blog Design