Kamis, 10 Juli 2014

Ramadhan... Bulan Yang Penuh 'Kejutan'

Assalamualaikum...

Alhamdulillah, memasuki hari ke-12 puasa, akhirnya saya bisa sedikit sharing dan menulis lagi di blog pribadi saya ini. Sesuai dengan judul yang saya tulis, bahwa Ramadhan bagi saya adalah bulan yang penuh dengan 'kejutan'. Kejutan seperti apa? Kejutan yang diberikan dari Sang Pemilik Semesta kepada hamba-hambaNya, baik berupa ujian, cobaan, kebahagiaan, kesedihan dan pengalaman-pengalaman baru.
Bercerita mengenai kejutan, alhamdulillah, Ramadhan kali ini saya mendapat banyak sekali berkah dan rezeki yang luar biasa melimpah. Berkah dan rezeki bukan dalam hal materi saja, tapi juga dalam proses pemaknaan hidup, pendewasaan, dan penambahan wawasan. Tidak seperti Ramadhan tahun lalu, yang dilewati dengan penuh kesedihan dan perjuangan mati-matian untuk bangkit dari keterpurukan, Ramadhan kali ini alhamdulillah dirasakan jauh lebih istimewa.
Kalau bercerita mengenai Ramadhan tahun lalu, ada cobaan yang begitu berat saya rasakan dan harus saya jalani. Mungkin bagi sebagian orang cobaan ini belum seberapa, tapi bagi saya yang mentalnya masih begitu lemah dan kerdil, ini adalah cobaan yang cukup berat. Kehilangan dan kerelaan untuk melepaskan seseorang atau sesuatu yang bukan lagi milik kita memang hal yang dirasakan manusia paling berat. Apalagi jika seseorang atau sesuatu tersebut sudah menjadi bagian dari separuh kehidupan dan kesejiwaannya. Tapi, terlepas dari apapun itu, manusia tidak memiliki hak sama sekali menguasai dan menggenggam segala sesuatu yang dia miliki saat ini, karena semua itu semata-mata adalah titipan dari Rabb-nya. Manusia hanya diberikan amanah untuk menjaga, mengasihi, merawat dan melindungi segala yang dititipkan Rabb pada nya.
Keterpurukan saya beberapa bulan sebelum Ramadhan membuat saya belajar banyak hal. Belajar menerima, belajar menjadi orang yang lebih sabar, belajar menjadi orang yang lebih ikhlas dan belajar memaknai bahwa begitu kecilnya kekuasaan dan daya manusia di hadapan Tuhannya. Alhamdulillah, tahun lalu ketika mengalami masa getir saya masih dipertemukan dengan Ramadhan. Bulan suci nan mulia dimana di dalamnya terdapat begitu banyak hikmah, berkah, ampunan dan karunia yang diberikan ALLAH kepada hamba-hambaNya. Alhamdulillah lagi, momentum Ramadhan tahun lalu saya jadikan sarana untuk belajar, introspeksi diri, bertaubat, merenungi segala dosa dan kesalahan yang pernah saya buat di tahun-tahun sebelumnya, muhasabah diri dan bertekad untuk terus memperbaiki diri serta melupakan masa lalu yang begitu menyakitkan.
Sungguh suatu kejutan yang 'indah' bagi jiwa dan diri saya menghadapi Ramadhan tahun lalu. Air mata penyesalan yang tumpah di waktu-waktu solat, waktu-waktu bermunajat, membuat saya menjadi semakin kuat, sabar dan ikhlas. Meskipun  tentu semuanya membutuhkan proses yang tidak mudah dan singkat. Sebagai manusia yang mungkin selama ini saya begitu sombong, terlalu percaya diri, dan melupakan kehadiranNya, saat itu saya merasa menjadi manusia yang begitu hina, penuh dosa, kecil dan tidak berdaya sama sekali... Saya begitu merasa terpuruk dan jatuh... Malu.... bahkan saking malunya, untuk berdoa dan meminta ampunanNya pun saya ragu... Ragu bukan karena khawatir apakah ALLAH akan mengampuni saya, tapi ragu apakah manusia hina seperti saya masih pantas untuk memohon ampun dan mengiba permintaannya dikabulkan. Bisa dibilang, saya berada di titik nol. Titik nadir. Dimana manusia merasa begitu kosong, lemah dan hancur....
Alhamdulillah, berkat segala hidayahNya dan pertolonganNya, ALLAH menguatkan saya. ALLAH membangkitkan harapan dan rasa percaya saya bahwa saya bukan satu-satunya manusia yang hancur dan lemah. Saya bukan satu-satunya manusia yang menangis sendirian, menahan kencangnya suara tangisan ketika bermunajat kepadaNya, dan ALLAH menguatkan saya bahwa Dia akan melimpahkan rahmatNya kepada manusia-manusia seperti saya. Yap, selama ini, tepatnya Ramadhan tahun kemarin sampai beberapa bulan kemarin, saya selalu mencurahkan segala isi hati saya hanya kepadaNya. Bahkan sampai menangis pun begitu tersedu berkali-kali di hadapanNya. Sepanjang hidup, baru kali ini saya merasakan sakitnya menahan air mata yang tumpah... Dalam kesendirian ketika usai sholat, berkali-kali saya menahan tangis saya... Bukan menahan untuk tidak menangis, tapi menahan supaya suara tangisan saya tidak terdengar orang lain... Rasanya ingin sekali menangis terguguk, teriak, seperti seorang bayi yang kelaparan meminta air susu ibunya, tapi saya tidak bisa. Saya tidak ingin orang lain tahu betapa hancurnya perasaan saya saat itu. Sesedih apapun itu, saya harus bisa kelihatan kuat dihadapan orang lain, meskipun saya bukan orang yang pandai mengubah ekspresi dan berpura-pura.
Dan kini... setelah satu tahun berlalu dari Ramadhan tahun lalu, saya bisa tersenyum senang di Ramadhan kali ini. Tersenyum senang dan bahagia karena saya merasa saya telah mampu melewati semua cobaan dan keterpurukan yang pernah saya rasakan.Saya begitu bersyukur atas pencapaian dan apa yang saya dapat selama setahun ini. Kesalahan di masa lalu membuat saya banyak sekali belajar mengenai hidup. Prosesnya dan bagaimana cara memaknainya. Alhamdulillah, tahun ini saya dipertemukan dengan teman-teman yang luar biasa solid, membahagiakan, saling support, insya ALLAH sholeh dan sholehah, kehidupan dan lingkungan pekerjaan yang membuat saya nyaman, beberapa pengalaman baru, bertemu orang-orang baru yang membuat saya kembali banyak belajar memahami hidup dan karakter manusia yang berbeda-beda, serta pengalaman-pengalaman baru bertemu orang-orang yang selama ini tidak pernah saya duga dan rencanakan. Alhamdulillah, itu semua membuat saya merasa lebih hidup, merasa lebih berarti dan bisa menghargai setiap prosesnya.
Itulah yang dinamakan kejutan. Manusia tidak bisa memilih (meski bisa mengusahakan) dengan siapa dia akan bertemu, dengan siapa dia menghabiskan waktu, dengan siapa dia menangis dan tertawa, manusia pun tidak bisa memilih seperti apa jalan hidupnya. Karena kehidupan adalah runtutan proses terbukanya kotak kejutan-kejutan yang ada di hadapan kita, yang telah disediakan oleh Sang Pemilik Skenario Terbaik, ALLAH SWT. 
Nyatanya memang benar mengenai ungkapan ini: jika seseorang pergi dari kehidupanmu, maka kepergiannya akan membuka banyak pintu bagi orang lain yang jauh lebih baik untuk datang ke kehidupanmu. Dan saya percaya itu :)
Akhirnya, saat ini yang harus saya lakukan adalah, saya harus terus memperbaiki diri, istiqomah terhadap perubahan-perubahan yang sudah saya lakukan menuju ke arah yang lebih baik, banyak bersyukur, makin berpikir dewasa, tidak mudah tergoda oleh kemewahan dan kilau dunia karena sesungguhnya manusia di dunia hanya mampir. Saya berharap, Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir saya sendiri,Ramadhan terakhir saya melajang. Semoga di tahun depan, Ramadhan saya bisa lebih berkah karena sudah hadirnya seorang suami yang menjadi imam dan penuntun saya menuju surgaNya. Aamiin Ya Rabbal 'alamin...

Wassalamualaikum...

Jumat, 06 Juni 2014

Guru Favorit Tidak Sama Dengan Guru Terbaik

Assalamualaikum...
Beberapa waktu lalu bertepatan dengan acara perpisahan kelas XII, alhamdulillah saya mendapat achievement sebagai guru terfavorit versi siswa/i. Memang bukan penghargaan yang besar bagi sebagian orang, tapi ini merupakan salah satu penghargaan terbaik yang pernah saya dapatkan selama empat tahun berkarir sebagai guru.
Empat tahun memang bukan waktu yang lama untuk berkarir sebagai guru. Bahkan menjadi guru atau tenaga pengajar sebenarnya tidak berkaitan dengan background pendidikan akhir saya di bidang keperawatan. Tapi rencana Allah yang menuntun saya berada di dunia pendidikan dan akhirnya mau tidak mau saya jalani sampai saat ini. Selama berkarir, memang belum banyak pengalaman dan pencapaian yang saya dapatkan. Tapi saya berusaha menjadi orang yang mensyukuri apapun itu baik hal yang positif dan negatif yang saya dapatkan selama bekerja sebagai guru. Guru yang saya bicarakan disini adalah guru yang masih sebagai tenaga honorer, masih muda, masih minim pengalaman dan masih harus banyak belajar. Terutama belajar menghadapi banyak siswa dengan berbagai macam karakter yang jika dibandingkan dengan dulu sudah sangat kompleks dan disertai dengan masalah yang juga tidak mudah dihadapi.
Guru Favorit Tidak Sama Dengan Guru Terbaik! Yap, itu adalah opini saya. Bagi saya, guru favorit belum tentu bisa menjadi guru yang baik. Karena guru favorit dipilih berdasarkan voting, sangat bersifat subjektif dan biasanya dipilih langsung oleh siswa. Biasanya siswa memilih seorang guru sebagai guru favorit bukan berdasarkan prestasi atau lamanya pengalaman guru tersebut dalam mengajar, tetapi berdasarkan kenyamanan mereka diajar dan berhadapan dengan guru yang bersangkutan.
Sebagai seorang guru muda yang menjadi favorit bagi siswa, saya merasa sangat bersyukur. Akan tetapi, saya juga sekaligus merasa sedikit terbebani karena jujur saja mereka menobatkan saya sebagai guru terfavorit dalam hal apa itu yang masih harus saya kaji. Saya jadi berpikir ulang, apakah saya cukup pantas dianggap sebagai guru favorit?? Apakah selama ini cara mengajar dan mendidik siswa sudah dianggap baik dihadapan mereka? Atau apakah selama ini cara pendekatan saya kepada mereka sudah dianggapn cukup berhasil?
Rasanya saya masih harus banyak belajar mengenai itu semua. Kalau boleh saya berpendapat, mungkin mereka menyukai saya karena selama ini setiap kali mengajar saya berusaha menempatkan diri saya dalam posisi mereka. Bukan berarti saya memanjakan mereka, obral dalam memberi nilai, terlalu baik sehingga mereka bisa meremehkan saya, tapi justru sebaliknya. Selama ini saya lebih menekankan pada pendekatan selayaknya teman, teman dengan batasan-batasan tertentu.
Saya hapal betul karakter anak zaman sekarang, ketika kita sebagai guru dan orang tua mereka di sekolah menganggap mereka sebagai teman dan memiliki kedekatan sendiri, biasanya banyak siswa yang memanfaatkan itu sehingga akhirnya hubungan kedekatan yang terjalin disalahartikan, sehingga siswa menjadi tidak tahu batasannya, tidak tahu bagaimana harus bersikap santun dihadapan guru karena dia merasa sudah cukup nyaman menganggap gurunya sebagai teman.
Pertama kali saya terjun di dunia pendidikan dan berhadapan dengan siswa, saya sadar, sebagai guru baru yang masih muda dan minim pengalaman, saya harus bisa menempatkan diri, saya harus punya karakter. Karakter dalam bersikap di depan mereka, sekaligus karakter dalam cara mengajar di depan kelas. Karakter yang muncul tentunya saling berkaitan erat dengan karakter pribadi saya sendiri. Saya orang yang berusaha on time dalam kesempatan apapun termasuk masuk ke kelas, saya juga dikenal dengan sifat disiplin terutama disiplin dalam menanamkan nilai nilai moral dan kesopanan, dan saya juga lebih senang serius dalam mengajar, dan berusaha seimbang memberikan reward dan punishment kepada siswa sebagai salah satu cara memotivasi mereka.
Saya akui, mungkin ketika mengajar dan memaparkan materi, saya bisa sangat serius, bahkan mungkin jarang bercanda. Karena memang karakter saya seperti itu. Tapi, saya juga bukan orang yang kaku untuk diajak bercanda tentunya melihat konteks dan situasi pada saat itu.
Bagi saya, mungkin mudah saja memberikan nilai 100, akan tetapi jika itu tidak didukung dengan attitude yang baik, nilai 100 itu bisa saja bernilai 0. Di zaman sekarang, jarang sekali orang yang menghargai proses. Semuanya berfokus pada hasil. Terbukti dengan semakin banyaknya cara membuat segala sesuatunya menjadi jauh lebih mudah dengan cara cara instan yang didukung dengan kemajuan teknologi. Apalagi di dunia pendidikan, bagi saya, nilai itu tidak berarti apa apa. Karena siapapun bisa memanipulasinya. Yang terpenting adalah proses dan praktik dalam memperoleh nilai tersebut. Toh, nilai-nilai tersebut pun tidak akan bermanfaat membantuk manusia dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang mereka hadapi.

Kembali ke judul...
Untuk menjadi guru favorit mungkin mudah saja, tinggal berupaya mengambil hati siswa tanpa mempedulikan esensinya. Tapi untuk menjadi guru terbaik rasanya akan sangat sulit. Karena seorang guru yang terbaik tentunya masih harus terus belajar menangani siswa, dengan karakter yang berbeda-beda dan masalah yang jauh lebih kompleks, selain itu guru terbaik tentunya harus bisa memenuhi kewajiban adminstratif sebagai tenaga pengajar seperti RPP, Silabus dll. Guru yang baik adalah guru yang mampu menerapkan karakter positif kepada siswanya dan selalu diingat menjadi pelajaran hidup di masa depan bagi siswa/i nya. Guru terbaik adalah guru yang mampu menjadi panutan, teladan, dan mampu mengakui jika dirinya tidak sempurna dan masih harus banyak belajar, tidak malu mengakui kesalahannya di hadapan siswa, bukan guru yang otoriter, galak, ditakuti siswa dan selalu menganggap dirinya paling benar dan tidak pernah salah.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi siapapun yang membaca. Intinya, sebagai agent of change, ujung tombak perubahan generasi penerus, kita tidak boleh cepat puas dan lelah dalam memberikan yang terbaik. Terus mengupgrade diri, baik dari segi ilmu pengetahuan dan kecerdasan emosional kita dalam menghadapi anak didik :) Insya ALLAH next time saya akan share hal hal lain yang berkaitan dengan suka duka dalam dunia pendidikan

Wassalamualaikum

Rabu, 04 Juni 2014

Bekerja, Bukan Sekedar Untuk Menyambung Hidup

Assalamualaikum...

Finally, setelah hampir beberapa bulan gak posting something di blog ini akhirnya hari ini memberanikan diri buat nulis lagi....
Kali ini yang ini saya share adalah seputar pekerjaan saya dan achievement kecil yang saya dapatkan selama beberapa bulan kemarin.
Well, sebelum cerita mengenai achievement apa yang saya dapat, saya ingin share sedikit mengenai pekerjaan dan jobdesk saya.
Oke, saya adalah seorang guru honorer di beberapa sekolah kejuruan kesehatan swasta di sekitar kota dan kabupaten Cirebon. Guru memang pekerjaan yang tidak sesuai dengan background pendidikan saya sebagai sarjana keperawatan. Even waktu kuliah sempet belajar microteaching dan praktik mengajar (penyuluhan) kesehatan, tapi entah kenapa menjadi tenaga pengajar adalah sebuah passion dan kesenangan tersendiri bagi saya dibanding harus terjun ke lapangan sebagai tenaga kesehatan (perawat). That's why saya tidak melanjutkan studi saya ke jenjang profesi ners karena at that time saya berpikir, passion saya ternyata bukan sebagai perawat. Mungkin dari pernyataan saya yang sebelumnya ini memunculkan banyak pertanyaan yang sama: lalu kenapa kamu milih jurusan keperawatan waktu kuliah kalau gak mau jadi perawat??
Pertanyaan itu sering muncul pada fase-fase awal saya ketika lulus kuliah. Mendengarkan pertanyaan yang sama dari sekeliling bahkan dari dalam diri kita sendiri rasanya lama-lama bikin pusing juga. Finally, saya sadar bahwa semuanya sudah digariskan oleh Allah. Apapun yang telah saya lalui dan keputusan yang telah saya ambil tentu semua terjadi atas izin ALLAH.
Oke kembali ke cerita seputar pekerjaan saya. Pekerjaan menjadi guru sejujurnya tidak semudah pekerjaan lain yang hanya stand by almost 8 jam di depan komputer, duduk manis di meja kerja dan menghadapi berkas-berkas pekerjaan yang terasa membosankan. Guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar, tapi guru juga sebagai tenaga pendidik. Tugas guru tidak hanya mengajarkan pelajaran atau materi kepada siswa, membuat siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, tapi tugas guru lebih berat dan besar dari itu semua. Karena tugas guru berkaitan erat dengan moral generasi penerus bangsa.
Berbicara soal moral, mungkin kita sudah sangat memahami seperti apa pemberitaan dan kejadian di luar sana yang terkait dengan pelanggaran moral dan norma susila. Apalagi terkait dengan pelanggaran moral yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah, terutama soal pergaulan bebas dan kesopansantunan. Dan, guru memiliki peranan yang sangat penting akan hal-hal di atas.
Jika dibandingkan dengan pekerjaan sebagai perawat, mungkin sama beratnya. Karena sebagai perawat tidak hanya merawat dan memenuhi kebutuhan dasar manusia (pasien) saja, tapi perawat juga memegang tanggung jawab yang besar berkaitan dengan nyawa dan masalah hidup mati seorang manusia.
Tanggung jawab tadi tentunya berkaitan erat dengan masalah hati nurani. Hati nurani bagi saya berkaitan erat dengan passion. Passion kita terhadap sesuatu, salah satunya pekerjaan, akan menentukan kualitas dan nilai produktifitas dari pekerjaan kita. Jika kita melakukan segala sesuatu dengan hati dan passion pasti hasilnya akan terlihat natural dan maksimal. Dan saya sangat percaya itu. Termasuk dalam bekerja. Jika kita menganggap pekerjaan hanya sebagai sarana untuk memperoleh uang, mencari nafkah dan berorientasi pada uang tentu hasil pekerjaan kita akan terlihat biasa saja, tidak natural, tidak ada passion dan kita pun sulit untuk memperoleh kepuasan dari hasil pekerjaan yang kita dapatkan.
Bagi saya, bekerja bukan sekedar sarana untuk mengaktualisasikan diri dan sarana untuk memperoleh uang atau mencari nafkah, tapi bekerja adalah soal passion dan kepuasan batin. Soal bagaimana kita menikmati setiap tugas dan pekerjaan kita dengan optimisme dan senyuman, bukan dengan keluhan dan rutinitas semata.Soal bagaimana kita menikmati lembur atau overtime sebagai sarana meningkatkan produktifitas, bukan sebagai suatu kewajiban semata.
Pekerjaan sebagai seorang guru, apalagi guru honorer mungkin bukan pekerjaan yang nyaman dan menjanjikan bagi banyak orang. Bahkan ada banyak orang yang memandang sebelah mata pekerjaan seorang guru, apalagi dengan kata 'honorer' yang melekat di belakangnya. Mereka yang menganggap sebelah mata adalah mereka yang salah satunya menganggap bahwa pekerja honor tidak akan bisa kaya, tidak akan bisa mapan, gajinya kecil pas pasan dan sulit mendapatkan kesejahteraan dari kantor... 
Saya akui, anggapan mereka mungkin ada benarnya. Jika dibandingkan soal gaji dengan pekerjaan karyawan kantoran yang bekerja 5 hari dalam seminggu dan 8 jam dalam sehari memang sangat jauh berbeda. Tapi sekali lagi, saya tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Bukan karena saya munafik karena tidak membutuhkan uang, bukan, tapi balik lagi kepada definisi pekerjaan menurut saya. Bahwa pekerjaan itu soal passion dan kepuasan, bukan hanya sekedar materi dan gaji.
Saya yakin, banyak sekali orang di luaran sana, terutama di kota besar seperti Jakarta yang bekerja di kantor yang mewah, gedung perkantoran yang bertingkat sampai 60 lantai, ruangan ber AC, dikelilingi banyak fasilitas, gaji yang jauh di atas UMR, tapi.... mereka tidak bahagia menjalani hari-harinya dalam mengerjakan pekerjaannya. Itu karena mereka menganggap pekerjaan adalah sebagai bagian dari rutinitas untuk menyambung hidup, bukan sebagai bagian dari sarana aktulialisasi diri atau sarana mencurahkan passion guna mendapatkan kepuasan. Ini dibuktikan dengan banyaknya pekerja kantoran yang resign dan berniat membuka usaha sendiri dikarenakan mereka sudah lelah dan jenuh bekerja selama 8 jam sehari ditambah rutinitas pekerjaan yang tiada henti. Bahkan mungkin saking terikat kuatnya dengan rutinitas pekerjaan, mereka lupa bagaimana rasanya menikmati kebahagiaan sederhana dengan keluarga, mereka lupa bagaimana rasanya menikmati kasih sayang yang selama ini tercurah dari orang-orang yang ada di sekeliling mereka, parahnya, mungkin pola pikir mereka berubah menjadi sempit karena mengukur segala sesuatunya hanya dengan materi, uang, dan gengsi.
Jika manusia sudah terkungkung pada pemikiran seperti itu, lama kelamaan mereka akan lupa apa itu passion, apa itu bahagia, apa itu kepuasan dan bagaimana caranya bersyukur... Parahnya, bahkan mereka mungkin akan lupa bagaimana cara mengenali Tuhan mereka masing-masing, lupa bagaimana mempersiapkan bekal untuk mati, untuk hidup yang kekal setelah di dunia...

Dari penjelasan panjang lebar saya di atas, saya sadar, pemikiran saya mungkin akan ditentang atau diremehkan banyak orang. Itu wajar. Toh setiap orang berhak mengungkapkan pemikiran dan pendapatnya masing-masing. Kembali lagi kepada pribadi saya, saya sangat bersyukur dengan apa yang saya punya saat ini. Dengan pekerjaan yang saya jalani saat ini. Meskipun tidak memiliki jenjang karir yang jelas, tidak dikelilingi fasilitas yang memadai, tidak mendapat gaji tetap yang besar setiap bulannya, tapi saya masih bisa bersyukur. Karena dibalik keterbatasan itu semua, saya masih bisa merasakan apa itu passion,apa itu kepuasan, apa itu kebahagiaan yang sederhana, dan untungnya saya masih bisa mengenali siapa Tuhan saya, dan yang terpenting, saya bisa memenuhi hak Sang Pencipta melalui ibadah tanpa harus terganggu dengan rutinitas pekerjaan yang kadang tidak bisa ditinggalkan...

Kembali lagi ke passion, jika kita bekerja sesuai dengan passion, apapun hasilnya selalu memuaskan dan bonusnya ada penghargaan dari sekeliling terhadap apa yang kita lakukan. Beberapa minggu lalu, alhamdulillah saya mendapat penghargaan sebagai guru mata pelajaran produktif terfavorit di salah satu sekolah tempat saya mengajar. Mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran yang berkaitan erat dan jurusan dari sekolah tersebut. Karena saya mengajar di sekolah menengah kejuruan jurusan keperawatan, maka mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran yang membahas seputar konsep dasar mengenai keperawatan. Dari 6 guru yang mengajar, alhamdulillah saya menjadi yang terfavorit menurut siswa/i.
Meskipun ini hanya penghargaan kecil yang dituangkan hanya lewat piagam sederhana, but it means alot for me. Artinya sangat besar untuk saya. Bahkan sebelumnya, penghargaan semacam ini tidak pernah terbesit sedikit pun di benak saya. Karena selama ini saya akui, dalam mengajar masih banyak kekurangan. Bahkan bisa dibilang saya adalah salah satu guru yang terkenal agak keras, disiplin dan mungkin judes hehehehhe....
Tapi selama saya mengajar 4 tahun ini, ini adalah salah satu bentuk penghargaan tertinggi saya. Saking senangnya dan kagetnya, waktu di umumkan di acara perpisahan, saya sempat shock dan terharu. Alhamdulillahi Rabbil Alamin... rasanya tidak ada kata yang pas selain bersyukur karena pekerjaan kita diapresiasi banyak orang :)

Semoga apa yang saya tulis di postingan kali ini, bisa bermanfaat bagi yang membaca. Semoga kedepannya saya bisa terus memperbaiki diri. Tidak pernah puas dalam mengupgrade diri dan kemampuan khususnya ilmu pengetahuan yang akan saya bagikan kepada murid-murid :)

Wassalamualaikum

Senin, 24 Maret 2014

Masih Untuk Dia

Masih untuk dia...
Titip dia ya Allah, 
Jaga dia seperti Engkau menjaga ku 
Selalu sabarkan dia, 
Bangunkan dia ketika adzan subuh Mu memanggil.
Karena setiap hari hati ingin sekali bertanya, bagaimana ia bisa memulai hari jika melewatkan subuhnya? Ingatkan dia untuk pulang ke rumah saat maghrib Mu berkumandang 
Dekap dia dalam sujudnya sebelum tidur 
Biarkan dia terjaga dalam tahajjudnya di malam hari hanya untuk meminta petunjuk Mu.
Dan ketika meragu, bisikkan kepada nya untuk segera beristikharah. 
Karena sungguh aku tidak bisa menjangkaunya 
Jadikan dia pribadi yang hebat yang bisa menguatkan aku kelak... 
Jadikan bahunya satu-satunya tempat aku bersandar... 
Jadikan tangannya satu-satunya yang menghapus air mataku.. 
Jadikan dekapannya yang paling menenangkan aku..
Jadikan dia Ayah yang hebat bagi anak-anak ku kelak..
Lalu aku mohon, ya Allah.. 
Kuatkanlah kedua tangannya untuk mencari rizqi Mu.. 
Jangan ganti senyum manisnya dengan amarah, karena disitulah separuh kekuatanku 
Meski mungkin sekalipun aku belum pernah mengenalnya, meski hatiku menerka-nerka wajahnya, warna bola matanya, dan siapa namanya. 
Entah dia datang dari masa lalu atau memang benar-benar orang yang baru yang akan aku kenal..
Katakan kepadanya, aku menunggunya... 
Selalu dalam tiap sujudku, aku mendoakannya... 
Sampaikan salam ku untuk dia yang akan mendampingiku kelak, ya Allah.
Untuk dia yang nantinya hanya satu-satunya lelaki yang aku cintai dan mencintai aku. 
Katakan kepadanya, bahwa setelah mendoakan kedua orang tuaku dan keselamatan diriku, doaku tak pernah putus untuknya.. 
Dalam hajat ku, istikharah ku, juga tahajjudku..
Aku menunggu imam hatiku menemukan aku. 
Dia satu-satunya lelaki yang selalu aku doakan untuk menjadi pendamping hidupku... 
Ya Allah, jangan pernah bosan mendengarkan doa hamba, yang masih untuk dia.


 Puisi ini diambil dari blog milik Puput Utami

Sabar, Jawabannya...

Assalamualaikum... Rasanya udah lama banget gak menulis sesuatu di blog pribadiku ini. Tulisan terakhir adalah tulisan yang isinya penuh dengan kesedihan dan kegalauan... heheh kalau baca lagi jadi malu sendiri. Jadi ngerasa betapa saat itu aku jadi wanita yang lemah. Ngerasa cengeng dan kayanya cuma bisa ngeluh aja. Padahal, bagaimanapun rasanya, dan apapun keadaannya sudah seharusnya wanita bisa menguatkan dirinya, demi dirinya sendiri, orang sekitarnya dan keluarganya... Kali ini sebenernya bingung mau nulis apa. Mungkin hanya sekedar sharing dan curhat mengenai apa yang aku rasakan dan aku alami saat ini. Semua orang pernah berbuat dosa, berbuat kesalahan, punya masa lalu yang buruk dan mungkin memalukan. Semua manusia pasti pernah menangis, jatuh dan terpuruk karena cobaan yang Allah berikan untuk hidupnya. Termasuk aku sendiri. Beberapa bulan lalu mungkin aku pernah berada di fase itu. Fase dimana merasakan kesedihan yang mendalam, galau, kemarahan yang tertanam di hati, kehilangan, penolakan akan kenyataan yang terjadi... Rasanya seperti kehilangan arah, useless, merasa paling buruk dihadapan manusia bahkan dihadapan Allah SWT. Yang bikin makin merasa down dan sedih adalah, perasaan menjadi manusia yang paling hina dan buruk di hadapan ALLAH karena aku sadar begitu banyak kesalahan dan dosa yang aku lakukan beberapa tahun belakangan ini. Kalau digambarkan saat itu rasanya aku benar-benar merasa begitu terpuruk, jangankan untuk bangkit berdiri, rasanya untuk mendongakkan kepala pun susah dan begitu berat. Mungkin karena aku terlalu malu meminta pertolongan dari ALLAH SWT. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku belajar pelan-pelan untuk berdamai dengan kenyataan. Berkali-kali aku bicara pada diriku sendiri, bahwa aku harus kuat, tegar, sabar, move on dan terus berusaha tersenyum.... Aku bukan wanita yang sempurna dan tegar luar biasa. Ada saatnya aku menjadi lemah dan membutuhkan orang lain sebagai tempat curhat dan berbagi rasa. Rasanya sudah begitu banyak keluarga dan sahabat yang saat itu menjadi bagian dari orang-orang yang mendengar keterpurukanku. Walaupun di satu sisi aku berusaha tegar di hadapan mereka, tapi aku bukanlah orang yang pandai berpura-pura menutupi kesedihanku. Tapi, sebanyak apapun orang-orang yang mendengar ceritaku, memberi solusi akan masalah yang aku hadapi, rasanya mereka gak akan pernah mengerti dan sanggup membuat aku benar-benar bangkit dan move on. Aku sadar, yang bisa membuatku bangkit dan berani mendongakkan kepala hanya diriku sendiri. Tapi aku sadar, semuanya kembali lagi pada pertolongan ALLAH SWT. Kekuatanku untuk mendongakkan kepala, bangkit dan melangkah lagi semuanya berasal dari ALLAH. Dia lah yang Maha Kuasa dan Maha Memiliki Kekuatan. Subhanallah... Apa yang bisa membuat aku akhirnya bisa melupakan kesedihan, kembali melangkah dan akhirnya aku bisa menuliskan semuanya di blog ini adalah berkat pertolongan ALLAH. Pertolongan ALLAH yang aku kejar lewat sholatku, doa-doa ku, air mata ku yang kadang sulit aku bendung ketika berdoa usai sholat. Mungkin orang-orang sekitar bertanya-tanya karena mereka sering melihat mataku sembap. Pasti mereka berpikir aku sering menangis tiap malam. Bahkan ada seorang teman yang pernah menanyakan kepadaku kenapa mataku sering terlihat sembap. Saat aku digoda karena mereka mengira aku menangisi seseorang atau sesuatu, aku hanya tersenyum. Memang sulit rasanya menutupi sesuatu apalagi itu dari sorot mata. Tapi aku tidak pernah khawatir jika mataku sembap karena akibat menangisi dosa-dosa ku, ketika selesai solat. Bukan menangisi seseorang atau sesuatu yang berkaitan dengan duniawi. Karena itu sebagai bukti penyesalan diriku atas dosa dan kesalahan yang aku pernah perbuat. Yang aku bisa harapkan adalah, bahwa kelak suatu saat nanti, air mata penyesalan dan ketulusan yang keluar itu bisa menjadi air mata yang mematikan api neraka di akhirat nanti... Amin ya Rabb... Selain pertolongan dari ALLAH, aku banyak memperbaiki diri lewat buku-buku agama yang aku baca. Memang belum banyak. Dan akupun masih dalam proses menyerap juga mempelajari. Tapi alhamdulillah, buku-buku itu mampu membuka hatiku, mampu melembutkan hatiku untuk bisa ikhlas dan terus bersabar menjalani segalanya. Untuk membuatku yakin bahwa ALLAH selalu bersama hamba-hambaNya yang ingin memperbaiki diri... Dan semuanya itu membuatku merasa tidak pernah takut dan khawatir akan segala sesuatu yang nanti akan terjadi dalam hidupku, karena aku sangat percaya bahwa ALLAH punya rencana yang pasti selalu baik bagi hambaNya. Karena dialah Yang Maha Kuasa, Maha Memiliki Segalanya. Tugas manusia hanyalah percaya dan mendekatkan diri padaNya. Dan saat ini, saat saya menulis postingan ini, aku merasa jauuuh lebih baik dari beberapa bulan sebelumnya. Hatiku menjadi lebih tenang, aku pun sedang memompa semangat untuk diri aku sendiri agar bisa terus memperbaiki diri, memperbaiki sikap, akhlak, dan ibadahku di hadadapan ALLAH SWT. Karena aku sangat menyadari bahwa perbaikan yang aku jalani saat ini masih jauh dari sempurna. Aku ingin sekali menjalankan semuanya dengan kaffah dan istiqomah. Bukan sementara hanya karena momentum tertentu saja... Semoga ALLAH kelak terus menguatkan langkahku untuk senantiasa berjalan di jalanNya. Amin ya Rabb... Wassalamualaikum..
 

Septina Priyanti's Blog Template by Ipietoon Cute Blog Design