Rabu, 04 Juni 2014

Bekerja, Bukan Sekedar Untuk Menyambung Hidup

Assalamualaikum...

Finally, setelah hampir beberapa bulan gak posting something di blog ini akhirnya hari ini memberanikan diri buat nulis lagi....
Kali ini yang ini saya share adalah seputar pekerjaan saya dan achievement kecil yang saya dapatkan selama beberapa bulan kemarin.
Well, sebelum cerita mengenai achievement apa yang saya dapat, saya ingin share sedikit mengenai pekerjaan dan jobdesk saya.
Oke, saya adalah seorang guru honorer di beberapa sekolah kejuruan kesehatan swasta di sekitar kota dan kabupaten Cirebon. Guru memang pekerjaan yang tidak sesuai dengan background pendidikan saya sebagai sarjana keperawatan. Even waktu kuliah sempet belajar microteaching dan praktik mengajar (penyuluhan) kesehatan, tapi entah kenapa menjadi tenaga pengajar adalah sebuah passion dan kesenangan tersendiri bagi saya dibanding harus terjun ke lapangan sebagai tenaga kesehatan (perawat). That's why saya tidak melanjutkan studi saya ke jenjang profesi ners karena at that time saya berpikir, passion saya ternyata bukan sebagai perawat. Mungkin dari pernyataan saya yang sebelumnya ini memunculkan banyak pertanyaan yang sama: lalu kenapa kamu milih jurusan keperawatan waktu kuliah kalau gak mau jadi perawat??
Pertanyaan itu sering muncul pada fase-fase awal saya ketika lulus kuliah. Mendengarkan pertanyaan yang sama dari sekeliling bahkan dari dalam diri kita sendiri rasanya lama-lama bikin pusing juga. Finally, saya sadar bahwa semuanya sudah digariskan oleh Allah. Apapun yang telah saya lalui dan keputusan yang telah saya ambil tentu semua terjadi atas izin ALLAH.
Oke kembali ke cerita seputar pekerjaan saya. Pekerjaan menjadi guru sejujurnya tidak semudah pekerjaan lain yang hanya stand by almost 8 jam di depan komputer, duduk manis di meja kerja dan menghadapi berkas-berkas pekerjaan yang terasa membosankan. Guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar, tapi guru juga sebagai tenaga pendidik. Tugas guru tidak hanya mengajarkan pelajaran atau materi kepada siswa, membuat siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, tapi tugas guru lebih berat dan besar dari itu semua. Karena tugas guru berkaitan erat dengan moral generasi penerus bangsa.
Berbicara soal moral, mungkin kita sudah sangat memahami seperti apa pemberitaan dan kejadian di luar sana yang terkait dengan pelanggaran moral dan norma susila. Apalagi terkait dengan pelanggaran moral yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah, terutama soal pergaulan bebas dan kesopansantunan. Dan, guru memiliki peranan yang sangat penting akan hal-hal di atas.
Jika dibandingkan dengan pekerjaan sebagai perawat, mungkin sama beratnya. Karena sebagai perawat tidak hanya merawat dan memenuhi kebutuhan dasar manusia (pasien) saja, tapi perawat juga memegang tanggung jawab yang besar berkaitan dengan nyawa dan masalah hidup mati seorang manusia.
Tanggung jawab tadi tentunya berkaitan erat dengan masalah hati nurani. Hati nurani bagi saya berkaitan erat dengan passion. Passion kita terhadap sesuatu, salah satunya pekerjaan, akan menentukan kualitas dan nilai produktifitas dari pekerjaan kita. Jika kita melakukan segala sesuatu dengan hati dan passion pasti hasilnya akan terlihat natural dan maksimal. Dan saya sangat percaya itu. Termasuk dalam bekerja. Jika kita menganggap pekerjaan hanya sebagai sarana untuk memperoleh uang, mencari nafkah dan berorientasi pada uang tentu hasil pekerjaan kita akan terlihat biasa saja, tidak natural, tidak ada passion dan kita pun sulit untuk memperoleh kepuasan dari hasil pekerjaan yang kita dapatkan.
Bagi saya, bekerja bukan sekedar sarana untuk mengaktualisasikan diri dan sarana untuk memperoleh uang atau mencari nafkah, tapi bekerja adalah soal passion dan kepuasan batin. Soal bagaimana kita menikmati setiap tugas dan pekerjaan kita dengan optimisme dan senyuman, bukan dengan keluhan dan rutinitas semata.Soal bagaimana kita menikmati lembur atau overtime sebagai sarana meningkatkan produktifitas, bukan sebagai suatu kewajiban semata.
Pekerjaan sebagai seorang guru, apalagi guru honorer mungkin bukan pekerjaan yang nyaman dan menjanjikan bagi banyak orang. Bahkan ada banyak orang yang memandang sebelah mata pekerjaan seorang guru, apalagi dengan kata 'honorer' yang melekat di belakangnya. Mereka yang menganggap sebelah mata adalah mereka yang salah satunya menganggap bahwa pekerja honor tidak akan bisa kaya, tidak akan bisa mapan, gajinya kecil pas pasan dan sulit mendapatkan kesejahteraan dari kantor... 
Saya akui, anggapan mereka mungkin ada benarnya. Jika dibandingkan soal gaji dengan pekerjaan karyawan kantoran yang bekerja 5 hari dalam seminggu dan 8 jam dalam sehari memang sangat jauh berbeda. Tapi sekali lagi, saya tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Bukan karena saya munafik karena tidak membutuhkan uang, bukan, tapi balik lagi kepada definisi pekerjaan menurut saya. Bahwa pekerjaan itu soal passion dan kepuasan, bukan hanya sekedar materi dan gaji.
Saya yakin, banyak sekali orang di luaran sana, terutama di kota besar seperti Jakarta yang bekerja di kantor yang mewah, gedung perkantoran yang bertingkat sampai 60 lantai, ruangan ber AC, dikelilingi banyak fasilitas, gaji yang jauh di atas UMR, tapi.... mereka tidak bahagia menjalani hari-harinya dalam mengerjakan pekerjaannya. Itu karena mereka menganggap pekerjaan adalah sebagai bagian dari rutinitas untuk menyambung hidup, bukan sebagai bagian dari sarana aktulialisasi diri atau sarana mencurahkan passion guna mendapatkan kepuasan. Ini dibuktikan dengan banyaknya pekerja kantoran yang resign dan berniat membuka usaha sendiri dikarenakan mereka sudah lelah dan jenuh bekerja selama 8 jam sehari ditambah rutinitas pekerjaan yang tiada henti. Bahkan mungkin saking terikat kuatnya dengan rutinitas pekerjaan, mereka lupa bagaimana rasanya menikmati kebahagiaan sederhana dengan keluarga, mereka lupa bagaimana rasanya menikmati kasih sayang yang selama ini tercurah dari orang-orang yang ada di sekeliling mereka, parahnya, mungkin pola pikir mereka berubah menjadi sempit karena mengukur segala sesuatunya hanya dengan materi, uang, dan gengsi.
Jika manusia sudah terkungkung pada pemikiran seperti itu, lama kelamaan mereka akan lupa apa itu passion, apa itu bahagia, apa itu kepuasan dan bagaimana caranya bersyukur... Parahnya, bahkan mereka mungkin akan lupa bagaimana cara mengenali Tuhan mereka masing-masing, lupa bagaimana mempersiapkan bekal untuk mati, untuk hidup yang kekal setelah di dunia...

Dari penjelasan panjang lebar saya di atas, saya sadar, pemikiran saya mungkin akan ditentang atau diremehkan banyak orang. Itu wajar. Toh setiap orang berhak mengungkapkan pemikiran dan pendapatnya masing-masing. Kembali lagi kepada pribadi saya, saya sangat bersyukur dengan apa yang saya punya saat ini. Dengan pekerjaan yang saya jalani saat ini. Meskipun tidak memiliki jenjang karir yang jelas, tidak dikelilingi fasilitas yang memadai, tidak mendapat gaji tetap yang besar setiap bulannya, tapi saya masih bisa bersyukur. Karena dibalik keterbatasan itu semua, saya masih bisa merasakan apa itu passion,apa itu kepuasan, apa itu kebahagiaan yang sederhana, dan untungnya saya masih bisa mengenali siapa Tuhan saya, dan yang terpenting, saya bisa memenuhi hak Sang Pencipta melalui ibadah tanpa harus terganggu dengan rutinitas pekerjaan yang kadang tidak bisa ditinggalkan...

Kembali lagi ke passion, jika kita bekerja sesuai dengan passion, apapun hasilnya selalu memuaskan dan bonusnya ada penghargaan dari sekeliling terhadap apa yang kita lakukan. Beberapa minggu lalu, alhamdulillah saya mendapat penghargaan sebagai guru mata pelajaran produktif terfavorit di salah satu sekolah tempat saya mengajar. Mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran yang berkaitan erat dan jurusan dari sekolah tersebut. Karena saya mengajar di sekolah menengah kejuruan jurusan keperawatan, maka mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran yang membahas seputar konsep dasar mengenai keperawatan. Dari 6 guru yang mengajar, alhamdulillah saya menjadi yang terfavorit menurut siswa/i.
Meskipun ini hanya penghargaan kecil yang dituangkan hanya lewat piagam sederhana, but it means alot for me. Artinya sangat besar untuk saya. Bahkan sebelumnya, penghargaan semacam ini tidak pernah terbesit sedikit pun di benak saya. Karena selama ini saya akui, dalam mengajar masih banyak kekurangan. Bahkan bisa dibilang saya adalah salah satu guru yang terkenal agak keras, disiplin dan mungkin judes hehehehhe....
Tapi selama saya mengajar 4 tahun ini, ini adalah salah satu bentuk penghargaan tertinggi saya. Saking senangnya dan kagetnya, waktu di umumkan di acara perpisahan, saya sempat shock dan terharu. Alhamdulillahi Rabbil Alamin... rasanya tidak ada kata yang pas selain bersyukur karena pekerjaan kita diapresiasi banyak orang :)

Semoga apa yang saya tulis di postingan kali ini, bisa bermanfaat bagi yang membaca. Semoga kedepannya saya bisa terus memperbaiki diri. Tidak pernah puas dalam mengupgrade diri dan kemampuan khususnya ilmu pengetahuan yang akan saya bagikan kepada murid-murid :)

Wassalamualaikum

0 komentar:

Posting Komentar

 

Septina Priyanti's Blog Template by Ipietoon Cute Blog Design