Selasa, 02 Februari 2010

Masa muda masa yang berapi-api...

Ketika gue duduk di TK
Menjalani kehidupan apa adanya, tak pernah terbebani dengan masalah kehidupan, bermain, jalan" bersama keluarga, dikelilingi orang" yang gue sayang, punya banyak teman, tak pernah bimbang dan takut menghadapi hari esok karena ada orang tua yang siap membimbing serta melindungi gue.. Belum bisa merasakan kerasnya kehidupan, semuanya hanya terasa manis... Tak pernah takut menghadapi tantangan dan kenyataan karena belum bisa membedakan yang mana kenyataan, yang mana tantangan...
Gue disekolahkan di sebuah taman kanak" islam, waktu itu, gue hanya menurut, tak terpikir untuk membantah atau bahkan bertanya kenapa gue disekolahkan di situ...
Hal yang paling menyenangkan adalah ketika gue mulai sekolah dan papa mama membelikan sepatu baru, seragam baru, tempat makan baru...
Hal yang paling menakutkan dan mengerikan bagi gue adalah ketika tiap hari Rabu di tiap jam istirahat, bu guru memberikan snack kolak pisang. Gue yang sedari kecil takut dan gak suka sama buah apalagi pisang, setiap hari Rabu selalu merasa deg"an... Gue takut kalau dipaksa makan itu. Tante gue yang selalu menemani gue sekolah sangat mengerti apa yang gue rasakan. Dan dia kemudian bilang kepada bu guru. Lega rasanya di saat gue gak diharuskan memakan kolak.


Ketika gue SD
Mungkin dari sinilah, gue mulai menjadi orang yang ambisius. Entah darimana awalnya, mungkin karena didikan dari papa juga. Papa sangat berperan memotivasi gue saat SD ini. Didikan papa yang keras dan berdisplin tinggi membuat gue jadi orang yang disiplin, perfeksionis, dan ambisius. Mungkin awalnya gue bukan anak yang istimewa dan punya banyak kelebihan. Tapi gue merasakan sekali betapa support dari orang" sekitar sangat menolong gue.
Sekolah SD gue itu, sekolah turun temurun, dimulai dari mba, gue, ayu sampai desy. Gue masih inget ketika gue kelas 1, waktu itu bu guru tengah menerangkan sesuatu dan bertanya kepada kami. Kebetulan gue melihat mba tengah mengawasi gue di jendela kelas karena waktu itu, mba sedang istirahat, rasanya tenang waktu itu melihat mba menemani gue di luar. Gue masih ingat waktu itu kalau gak salah ibu guru bertanya tentang sesuatu, dan beliau menyuruh mengacungkan jari bagi yang bisa menjawab. Waktu itu gue menebak jawabannya dalam hati, dan mba yang ternyata memperhatikan gue daritadi seketika mengacungkan jari dari luar jendela, dengan maksud supaya gue mau ikutan mengacungkan jari dan menjawab pertanyaan ibu guru. Tanpa berpikir panjang, gue waktu itu langsung mengacungkan jari. Dan senang sekali rasanya ketika jawaban gue benar kemudian teman" memberi tepuk tangan... rasanya ada kebanggan tersendiri...

Sejak itu gue jadi anak yang ambisius. Gue selalu rajin belajar, gue selalu ketakutan dan nervous tiap kali pembagian rapot, karena takut gak masuk peringkat 10 besar dan itu bisa mengecewakan papa. sedari dulu, gue gak pernah ingin mengecewakan orangtua gue, terutama papa yang terlihat begitu semangat membimbing gue supaya jadi orang yang berhasil dan berprestasi.

Gue merasa, masa SD adalah masa" kejayaan gue dalam berprestasi. Prestasi gue meningkat setelah kelas 2 SD. dari mulai kelas 3 sampai kelas 6, gue selalu berada di peringkat 3 besar. Bahkan ketika gue turun dari peringkat 1 menjadi peringkat 2, pas bagi rapot, gue menangis, pulang ke rumah dengan penyesalan yang begitu dalam sampai akhirnya gue sakit. Selalu seperti itu. Tiap kali bagi rapot, gue selalu sakit. Nervous memikirkan apakah prestasi gue menurun atau engga. Dan selalu muncul ketakutan mengecewakan papa, padahal papa sendiri bukan orang yang sangat keras dan suka memberikan hukuman kalau prestasi gue turun sedikit.
Gue sempat terpilih beberapa kali menjadi ketua kelas, mengikuti cerdas cermat dengan sahabat gue Ika, dan rival dalam prestasi sekaligus cinta pertama gue, Andena.


Ketika gue SMP
Masih dibayang"i cinta pertama gue yang pergi ke luar kota karena harus mengikuti orang tuanya yang pindah kerja. Bodohnya gue betapa sangat terobsesi dengan dia. Sampai 2 tahun duduk di bangku SMP, gue masih saja berkhayal bakal ketemu dengannya, dan bermimpi dia menjadi salah satu murid baru di kelas gue. Dan hal terbodoh gue adalah meminta foto dia kepada salah satu temen SD gue. Gue masih inget, bagaimana reaksi gue ketika gue mendapatkan fotonya, gue tersenyum sepanjang hari. Memeluknya erat" di dada. Dan dari situ mimpi gue makin menjadi untuk bisa bertemu dengan dia.
Masa" SMP gue semu dan datar. Semuanya hanya di isi belajar, stress dengan tugas, obsesi terhadap cinta pertama, sampai akhirnya gue pelan" mulai melupakan obsesi gue dan membuka hati gue untuk seseorang. 2 tahun gue memendam cinta dan perasaan suka sama seorang lelaki yang bernama Indra. Dan indra yang kemudian menjadi obsesi gue menggantikan Andena. Sekelas 2 tahun pas kelas 2 dan kelas 3, membuat gue makin semangat sekolah. Selalu berusaha  menjadi wanita paling cantik di matanya. Hal terkonyol adalah ketika gue mulai memperhatikan penampilan, dengan membawa cermin kecil dan bedak di tas. Semuanya gue lakukan supaya indra tertarik kepada gue. Dan lagi" gue hanya bisa memendam perasaan suka mungkin lebih tepatnya obsesi hanya dalam hati.

Ketika gue SMA
Kembali masih dibayang"i sosok indra, apalagi qta satu sekolah. Gue selalu mencari tahu tentang dia. Sumpah dia mampu membutakan mata gue. Dia membuat gue ge er sendiri. Sakit dan gak enak emang rasanya memendam perasaan cinta yang mendalam bertahun" kepada seseorang, gak bisa tersalurkan. Karena gue memang gak pernah dekat dengan dia. Apalagi ketika SMA qta beda kelas. Dan semua obsesi juga rasa cinta gue hilang lenyap seketika setelah gue tahu, dia ternyata naksir sama temen sekelas qta waktu SMP. Gue masih gak percaya kalau ternyata selama ini cinta gue bertepuk sebelah tangan. Boro" dia ada feeling, mikirin gue pun mungkin dia engga. Gue masih inget kekonyolan gue waktu itu. 

Gue sempat nangis di kelas, temen sebangku gue shock melihat gue yang duduk melipat tangan dan menyembunyikan wajah gue di dalamnya. Gue menangis keras sekali. Merintih dalam hati. Namun tak bersuara. Hanya terdengar suara sesegukan. Dan gue menangis gak cuma saat itu, gue masih ingat sewaktu pensi, Indra dengan serius dan antusiasnya ngeliat penampilan gebetannya di panggung teater. Itu ngebikin gue makin hancur dan percaya kalau suatu kebodohan selama ini begitu mengaguminya.

Dari situ, gue mulai melupakan masa lalu. Tak ada yang benar" membantu gue mengobati sakit hati gue. Gue bangkit hanya dengan sebuah buku motivasi yang gue beli di gramedia. Kepingan" hati gue dan hancurnya rasa PD gue mulai gue sembuhkan dengan motivasi dari dalam diri. Gue pun mulai melupakan semuanya dan menganggap hanya kebodohan masa lalu, dan gue mulai keranjingan ngenet.

Hobi ngenet dari kelas 3 SMP makin menggila ketika gue SMA. Apalagi chatting. Dengan mudahnya gue membagi"kan nomer hp gue kepada setiap temen chatting gue yang sebagian besar adalah cowok. Sampai akhirnya gue jadian untuk pertama kali dengan teman chatting gue yang anak purwokerto, Aji.

Kisah kita hanya terbatas lewat chatting dan sms. Telpon sangat jarang sekali. Tuker"an foto, surat"an. Waktu itu gue masih maen" dengan hubungan kita, padahal Aji sangat serius dengan hubungan kita. Bodohnya gue baru menyadari itu. Dia cowok yang baik, perhatian, penyayang, ya terlihat serius dengan gue. Sempet putus nyambung. Dan akhirnya benar" putus setelah qta lulus SMA. Masalahnya karena jarak.

Ketika gue kuliah...
Kisah cinta gue kacau, carut marut, dan sebenarnya gue males buat menceritakannya di sini. Karena buat membayangkannya saja gue sudah cukup merasa lelah. Nizar, Abud, Cheva, Adit, semuanya hanya singgah sementara di hati gue dan meninggalkan sakit. 3 nama pertama gue kenal lewat dunia maya, dan nama terakhir gue kenal di bus ketika pulang ke kosan dari cirebon.
Ada feri yang sempat mewarnai kisah cinta gue. Dan kembali berakhir tragis. hahaha... diputusin!! yayaya semuanya selalu diputusin. tapi gue terima itu. biar saja mereka yang merasakan karma. meskipun sakit, tapi qta putus secara baik" dan sampai sekarang hubungan qta masih baik.  
Lepas dari bayang" mereka, dekat dengan Fiat, Riza, dan Dayat... Gue pikir Dayat adalah yang terakhir, karena waktu itu gue sudah lelah berpetualang, jatuh bangun sendirian, tapi nyatanya dia adalah seseorang yang membuat masa lalu gue makin gelap. Betapa brengseknya dia, bisa dibayangkan karena sampai bisa membuat gue berpikir bahwa itu menjadikan masa lalu gue makin gelap. Fiat, Riza, Dayat lagi" mereka gue kenal dari dunia maya.

Dan yang terakhir, Tomy... lagi" gue menemukan cinta dari dunia maya. Semoga dia memang benar" menjadi yang terakhir dan gak ada nama lagi selain dia yang kelak gue ceritakan di masa depan nantinya...
Yang ini berbeda. Bedanya? gak bisa gue jelaskan... rasanya indah, tantanganya berat, dan semuanya penuh cobaan. tapi insya ALLAH setimpal dengan rasa indahnya. Gue mencintainya, dan gue juga bisa merasakan betapa dia mencintai gue. Hubungan kita bukan lagi membicarakan mengenai sekarang dan besok, tapi untuk bulan depan, tahun depan, masa depan..
Gue gak ingin berbicara banyak mengenai kisah kita di sini. Gak gak ingin orang lain tahu. Biar qta berdua saja yang merasakannya. Karena gue belum menemukan kata yang pas untuk menggambarkan bagaimana bahagianya hubungan kita yang sedang qta jalani ini. Walaupun bakal banyak kerikil tajam dan batu sandungan yang besar, tapi gue percaya.. inilah cinta yang sebenarnya... Cinta yang selaras dengan kehidupan. yang untuk meraihnya perlu berjuang dan berkorban... Gue akan berusaha mempertahankan ini semampu gue, sekuat gue...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Septina Priyanti's Blog Template by Ipietoon Cute Blog Design