Rabu, 21 September 2011

What I did Last Eid Mubarak 1432 H

Libur lebaran kemarin, saya dan keluarga ditemenin Tomy mengunjungi Kali Kuning, bekas petilasan korban Merapi dan rumah Mbah Maridjan. Untuk mencapai ke sana kira-kira dibutuhkan waktu 30-45 menit dari kota Yogya. Jalanannya menanjak ke atas ditambah suhu yang dingin bikin kita sangat tertarik untuk bisa bener-bener sampai di tempat tujuan. Sesampainya di sana, ternyata udah banyak banget pengunjung yang datang untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri gimana kondisi bekas korban letusan Merapi yang konon menelan ratusan korban jiwa.
Untuk masuk kesana , para pengunjung dibebani  biaya tiket sebesar Rp 3.000 per orang. Jalan menuju dusun Kinah Rejo itu hanya jalan setapak yang terbuat dari aspal dan semakin menuju ke atas, jalannya semakin menanjak. Pengunjung disuguhkan pemandangan bukit gundul bekas terjangan 'wedus gembel' dengan tebaran batang pohon yang kekeringan juga tumbang akibat awan panas. Saat saya sampai ke sana, masih terasa hawa panasnya. Karena kondisi jalan yang sempit, dan banyaknya pengunjung, menyebabkan kemacetan kendaraan roda empat di sekitar lokasi. Untungnya waktu itu saya dibonceng motor, jadi mudah untuk selap selip kesana kesini. Setelah memarkir motor, kami memutuskan untuk naik ke atas, ke tempat bekas rumah mbah Maridjan dan daerah sekitarnya. Jalanan terjal menuju ke atas membuat saya hampir menyerah. Sudut ketinggian jalannya bisa dibilang sekitar hampir 60 derajat. Saya pun harus berkali-kali istirahat mengumpulkan energi supaya tidak pingsan di tengah jalan. Ada rasa hampir menyerah, untungnya ada Tomy yang terus-terusan menyemangati saya, lebih tepatnya memaksa supaya bisa cepat naik ke puncak. Di sepanjang jalan kami sempat mengambil beberapa foto dan pemandangan. Beberapa diantaranya foto-foto di atas.


Meskipun yang terlihat hanya pemandangan bukit gundul berpasir, tapi terlihat sangat indah. Selain itu juga masih terlihat bekas rumah-rumah penduduk yang tersisa. Ada beberapa yang sudah rata dengan tanah dan hanya tertinggal bekas lantai/ubinnya saja. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Apalagi ketika melihat foto-foto keadaan dulu ketika baru saja diterjang awan panas, juga melihat kondisi mobil APV yang sudah berubah jadi cokelat karena sudah benar-benar gosong terpanggang, ditambah beberapa motor penduduk yang disimpan berdampingan, seolah menjadi saksi keganasan awan panas....


Oia, untuk menuju puncak, karena jalanan yang terjal, penduduk sekitar juga menyediakan sarana transportasi dengan motor off road. Kalau kita menyewa motornya saja, dibebankan biaya sekitar Rp 50.000,- sedangkan kalau kita dibonceng naek ke atas, kita cukup membayar Rp 20.000,- per orang. 


Akhirnya saya hanya bisa bilang. Bahwa di setiap kejadian dan musibah selalu tersimpan hikmah yang nyata. Melalui musibah ini, kita jadi banyak bersyukur dan makin mengingat kekuasaan ALLAH. Bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan kehendakNya. Selain itu, dengan adanya musibah ini, bekas petilasan Mbah Maridjan menjadi sebuah objek wisata yang memiliki daya tarik sehingga bisa membawa berkah dan rezeki bagi penduduk sekitar yang menjadi korban.

dusun Kinah Rejo yang rata dengan tanah

di Puncak ternyata ada tulisan 'WELCOME TO KINAH REJO VILLAGE'



di depan bekas rumah Mbah Maridjan

0 komentar:

Posting Komentar

 

Septina Priyanti's Blog Template by Ipietoon Cute Blog Design