Kamis, 10 Juli 2014

Ramadhan... Bulan Yang Penuh 'Kejutan'

Assalamualaikum...

Alhamdulillah, memasuki hari ke-12 puasa, akhirnya saya bisa sedikit sharing dan menulis lagi di blog pribadi saya ini. Sesuai dengan judul yang saya tulis, bahwa Ramadhan bagi saya adalah bulan yang penuh dengan 'kejutan'. Kejutan seperti apa? Kejutan yang diberikan dari Sang Pemilik Semesta kepada hamba-hambaNya, baik berupa ujian, cobaan, kebahagiaan, kesedihan dan pengalaman-pengalaman baru.
Bercerita mengenai kejutan, alhamdulillah, Ramadhan kali ini saya mendapat banyak sekali berkah dan rezeki yang luar biasa melimpah. Berkah dan rezeki bukan dalam hal materi saja, tapi juga dalam proses pemaknaan hidup, pendewasaan, dan penambahan wawasan. Tidak seperti Ramadhan tahun lalu, yang dilewati dengan penuh kesedihan dan perjuangan mati-matian untuk bangkit dari keterpurukan, Ramadhan kali ini alhamdulillah dirasakan jauh lebih istimewa.
Kalau bercerita mengenai Ramadhan tahun lalu, ada cobaan yang begitu berat saya rasakan dan harus saya jalani. Mungkin bagi sebagian orang cobaan ini belum seberapa, tapi bagi saya yang mentalnya masih begitu lemah dan kerdil, ini adalah cobaan yang cukup berat. Kehilangan dan kerelaan untuk melepaskan seseorang atau sesuatu yang bukan lagi milik kita memang hal yang dirasakan manusia paling berat. Apalagi jika seseorang atau sesuatu tersebut sudah menjadi bagian dari separuh kehidupan dan kesejiwaannya. Tapi, terlepas dari apapun itu, manusia tidak memiliki hak sama sekali menguasai dan menggenggam segala sesuatu yang dia miliki saat ini, karena semua itu semata-mata adalah titipan dari Rabb-nya. Manusia hanya diberikan amanah untuk menjaga, mengasihi, merawat dan melindungi segala yang dititipkan Rabb pada nya.
Keterpurukan saya beberapa bulan sebelum Ramadhan membuat saya belajar banyak hal. Belajar menerima, belajar menjadi orang yang lebih sabar, belajar menjadi orang yang lebih ikhlas dan belajar memaknai bahwa begitu kecilnya kekuasaan dan daya manusia di hadapan Tuhannya. Alhamdulillah, tahun lalu ketika mengalami masa getir saya masih dipertemukan dengan Ramadhan. Bulan suci nan mulia dimana di dalamnya terdapat begitu banyak hikmah, berkah, ampunan dan karunia yang diberikan ALLAH kepada hamba-hambaNya. Alhamdulillah lagi, momentum Ramadhan tahun lalu saya jadikan sarana untuk belajar, introspeksi diri, bertaubat, merenungi segala dosa dan kesalahan yang pernah saya buat di tahun-tahun sebelumnya, muhasabah diri dan bertekad untuk terus memperbaiki diri serta melupakan masa lalu yang begitu menyakitkan.
Sungguh suatu kejutan yang 'indah' bagi jiwa dan diri saya menghadapi Ramadhan tahun lalu. Air mata penyesalan yang tumpah di waktu-waktu solat, waktu-waktu bermunajat, membuat saya menjadi semakin kuat, sabar dan ikhlas. Meskipun  tentu semuanya membutuhkan proses yang tidak mudah dan singkat. Sebagai manusia yang mungkin selama ini saya begitu sombong, terlalu percaya diri, dan melupakan kehadiranNya, saat itu saya merasa menjadi manusia yang begitu hina, penuh dosa, kecil dan tidak berdaya sama sekali... Saya begitu merasa terpuruk dan jatuh... Malu.... bahkan saking malunya, untuk berdoa dan meminta ampunanNya pun saya ragu... Ragu bukan karena khawatir apakah ALLAH akan mengampuni saya, tapi ragu apakah manusia hina seperti saya masih pantas untuk memohon ampun dan mengiba permintaannya dikabulkan. Bisa dibilang, saya berada di titik nol. Titik nadir. Dimana manusia merasa begitu kosong, lemah dan hancur....
Alhamdulillah, berkat segala hidayahNya dan pertolonganNya, ALLAH menguatkan saya. ALLAH membangkitkan harapan dan rasa percaya saya bahwa saya bukan satu-satunya manusia yang hancur dan lemah. Saya bukan satu-satunya manusia yang menangis sendirian, menahan kencangnya suara tangisan ketika bermunajat kepadaNya, dan ALLAH menguatkan saya bahwa Dia akan melimpahkan rahmatNya kepada manusia-manusia seperti saya. Yap, selama ini, tepatnya Ramadhan tahun kemarin sampai beberapa bulan kemarin, saya selalu mencurahkan segala isi hati saya hanya kepadaNya. Bahkan sampai menangis pun begitu tersedu berkali-kali di hadapanNya. Sepanjang hidup, baru kali ini saya merasakan sakitnya menahan air mata yang tumpah... Dalam kesendirian ketika usai sholat, berkali-kali saya menahan tangis saya... Bukan menahan untuk tidak menangis, tapi menahan supaya suara tangisan saya tidak terdengar orang lain... Rasanya ingin sekali menangis terguguk, teriak, seperti seorang bayi yang kelaparan meminta air susu ibunya, tapi saya tidak bisa. Saya tidak ingin orang lain tahu betapa hancurnya perasaan saya saat itu. Sesedih apapun itu, saya harus bisa kelihatan kuat dihadapan orang lain, meskipun saya bukan orang yang pandai mengubah ekspresi dan berpura-pura.
Dan kini... setelah satu tahun berlalu dari Ramadhan tahun lalu, saya bisa tersenyum senang di Ramadhan kali ini. Tersenyum senang dan bahagia karena saya merasa saya telah mampu melewati semua cobaan dan keterpurukan yang pernah saya rasakan.Saya begitu bersyukur atas pencapaian dan apa yang saya dapat selama setahun ini. Kesalahan di masa lalu membuat saya banyak sekali belajar mengenai hidup. Prosesnya dan bagaimana cara memaknainya. Alhamdulillah, tahun ini saya dipertemukan dengan teman-teman yang luar biasa solid, membahagiakan, saling support, insya ALLAH sholeh dan sholehah, kehidupan dan lingkungan pekerjaan yang membuat saya nyaman, beberapa pengalaman baru, bertemu orang-orang baru yang membuat saya kembali banyak belajar memahami hidup dan karakter manusia yang berbeda-beda, serta pengalaman-pengalaman baru bertemu orang-orang yang selama ini tidak pernah saya duga dan rencanakan. Alhamdulillah, itu semua membuat saya merasa lebih hidup, merasa lebih berarti dan bisa menghargai setiap prosesnya.
Itulah yang dinamakan kejutan. Manusia tidak bisa memilih (meski bisa mengusahakan) dengan siapa dia akan bertemu, dengan siapa dia menghabiskan waktu, dengan siapa dia menangis dan tertawa, manusia pun tidak bisa memilih seperti apa jalan hidupnya. Karena kehidupan adalah runtutan proses terbukanya kotak kejutan-kejutan yang ada di hadapan kita, yang telah disediakan oleh Sang Pemilik Skenario Terbaik, ALLAH SWT. 
Nyatanya memang benar mengenai ungkapan ini: jika seseorang pergi dari kehidupanmu, maka kepergiannya akan membuka banyak pintu bagi orang lain yang jauh lebih baik untuk datang ke kehidupanmu. Dan saya percaya itu :)
Akhirnya, saat ini yang harus saya lakukan adalah, saya harus terus memperbaiki diri, istiqomah terhadap perubahan-perubahan yang sudah saya lakukan menuju ke arah yang lebih baik, banyak bersyukur, makin berpikir dewasa, tidak mudah tergoda oleh kemewahan dan kilau dunia karena sesungguhnya manusia di dunia hanya mampir. Saya berharap, Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir saya sendiri,Ramadhan terakhir saya melajang. Semoga di tahun depan, Ramadhan saya bisa lebih berkah karena sudah hadirnya seorang suami yang menjadi imam dan penuntun saya menuju surgaNya. Aamiin Ya Rabbal 'alamin...

Wassalamualaikum...
 

Septina Priyanti's Blog Template by Ipietoon Cute Blog Design