Kamis, 31 Desember 2009

hopefully, he is the one...

ini sedikit kisah tentang kisah cinta gue..
dari dulu gue bukan orang yang mujur dan beruntung dalam cinta...
kecewa dan disakiti! rasanya cuma 2 keywords itu yang selalu muncul dalam abstrak kisah percintaan gue.

sampai akhirnya gue bener" putus asa dan hancur, dan menemukan sesosok yang sangat berarti dalam hidup gue.
namanya Tomy. dia gue kenal secara tidak sengaja melalui sebuah situs pertemanan ketika gue duduk di bangku kuliah sekitar 1 tahun yang lalu. sebenarnya, awal pertemanan kita secara tidak sengaja karena seorang teman wanita yang gue kenal juga lewat dunia maya.

chatting, YM, friendster, facebook... ya semua bagian dari dunia maya itu mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan percintaan gue. karena sebagian besar cerita tentang kehidupan cinta gue berawal dari situ, termasuk kisah gue dengan seorang laki-laki bernama Tomy.

Tomy, seorang laki-laki dewasa, berperawakan tinggi kurus, murah senyum, orang yang lembut, sabar, kadang-kadang suka garing lawakannya, pinter, penuh perhatian, penyayang, walau kadang terlihat lemah...

begitu bangga rasanya memiliki dia. meskipun awalnya kenal dengan awal yang tidak terlalu baik, dan tak ada kesan mendalam. tapi seiring perjalanan cinta kami yang penuh liku dan sandungan, semuanya terasa nikmat dan mengesankan.

rasanya kami benar" menjalaninya dari awal. dari nol, ketika dia mulai meniti karier, mendapat pekerjaan pertama, menjalani hari-harinya di bandung, memegang uang dari gaji pertamanya, dan gue sempat membantunya mengirimkan uang untuk kedua orang tuanya. bangga rasanya punya seorang pacar yang sudah bekerja dan berpenghasilan sendiri.
setidaknya uang yang dia keluarkan tidak sepenuhnya uang orangtua. ada kebanggaan tersendiri karena di saat pasangan" lain yang berpacaran, menghamburkan duit orang tua, tapi dia sebagai pasangan gue mampu memunculkan sisi lain dari gaya anak muda berpacaran.

mendapatkan dia tidak mudah. sempat terjadi perang batin dan konflik dalam diri. sempat pula membuat gue berpikir mundur dan mengalah, memendam semua perasaan yang ternyata begitu besar yang selama ini coba gue tutupi demi menjaga perasaan seorang sahabat.
dan gue sangat tidak menyangka, lelaki seperti dia, ternyata bisa menyayangi gue sebagai wanita begitu sempurna. dia bisa menyayang seperti layaknya pria mencintai seorang wanita. padahal dulu, Tomy yang gue pertama kenal adalah sosok lelaki yang jaim, kaku terhadap perempuan, gak peka, sangat menjauhi sama yang namanya cinta dan perasaan. bahkan gue sempat antipati terhadapnya karena gue merasa, dia sebagai laki-laki tidak membutuhkan wanita di sampingnya. dia lelaki yang egois, yang hanya bisa hidup sendiri.

tapi setelah gue kenal dia lebih jauh, gue merasa begitu takjub. banyak hal ajaib yang gue dapatkan dari kehidupannya. sampai akhirnya gue menarik kesimpulan, di balik sosoknya yang terlihat lembut dan dewasa, dia adalah laki-laki yang manja, yang kadang butuh perhatian lebih dari seorang wanita...
mencintai dan memilikinya, membuat gue merasa hidup. merasa lebih berarti. dia lah sosok lelaki unik dan terindah dalam hidup gue. sangat berharap dan bermimpi bisa menjadikan teman hidup gue sampai gue benar" menutup mata.

selama 9 bulan ini, sedikit sekali cerita dan tulisan gue tentang dia. tentang cerita cinta kita. bukan karena gue gak ingin membaginya, bukan..
bukan karena gue kehilangan inspirasi karena kehadiran dia..
tapi, karena kehadirannya lah gue merasa tidak perlu membagi cerita dan kisah hidup gue bersamanya melalui tulisan, tapi gue merasa, kehadiran dia telah mampu menggantikan hari" gue meratapi dan mengais cerita di blog atau melalui tulisan gue.
gue telah punya seseorang yang gue cari selama ini. gue telah menemukan segalanya dalam dirinya, meskipun dia bukan lelaki yang sempurna. tapi gue mencintai dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

ada saatnya gue merasa sangat takut kehilangan dia... karena dia lah semangat gue... meskipun terdengar picisan, gue merasa, dia bagian dari hidup gue..
kita punya sejuta mimpi, harapan, dan cita" untuk masa depan kita berdua. termasuk menikah, S2 di luar negeri, dan punya banyak anak...
semoga ALLAH memeluk dan memudahkan kami menempuh jalan untuk mewujudkan mimpi" kami..
ya ALLAH, satukanlah segera kami dalam ikatan suci Mu...agar cinta yang tumbuh tidak punah dah terbang begitu saja...

Selasa, 22 Desember 2009

'ditinggalkan'. semoga kita bisa bersahabat

sendiri. sampai tak sadar air mata telah menggenangi. sakit. sampai tak sadar bahwa hati menjerit keras. keras sekali.
dan malam menertawakanku. mengejekku. aku bodoh. seharusnya aku hanya perlu membiarkan air mata terus turun. jatuh tiada henti. membiarkan tanganku meremas piyamaku sampai kusut. menahan sepi dan sendiri.
bintang pun mencemoohku. tolol. berharap pada manusia. bergantung pada seseorang. mengharap ditemani. mengharap tidak ditinggalkan.
malam pun tak acuh. mencibir kerapuhanku. berteriak keras 'sendiri! ayo sendiri saja!!'
bahkan hujan pun menelanjangi jiwaku!!! menginjak kesedihanku. menamparku dengan airnya.


bodoh.gila. berteriak di bawah guyuran deras hujan. menantang petir.
konyol. tapi aku puas. karena aku merasa ditemani. merasa dimengerti.


sabar. bosan dengar kata itu. meninggalkan dan ditinggalkan. aku tak memilih keduanya. tapi sepertinya Tuhan menakdirkan kepadaku untuk 'ditinggalkan'.


'ditinggalkan'. semoga kita bisa bersahabat.





Jumat, 04 Desember 2009

Izinkan Aku Menciummu, Ibu....



Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku "dipaksa" membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.
Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do�a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku. http://mozzajambi.wordpress.com/2009/11/21/izinkan-aq-mencium-mu-ibu/ --------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo?a: ?Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.

(Q.S. Al-Ahqaaf: Ayat 15-16)

Astaghfirullaah

T_T
Seandainya semua kebaikan ibu bisa ku tukar dengan air mata… maka aku ingin menangis sepanjang hidupku… walau aku tahu…. kebaikan seorang ibu tak dapat diumpamakan atau ditukar dengan apapun….

"Marilah kita perindah tutur kata kita kepada ibu… kita perlembut bicara kita pada beliau… semoga kita termasuk orang-orang yang berbakti..."

Just Take Me As I am

Menerima diri kita apa adanya? Sulit gak sih? Entahlah.. bagi gue cukup sulit. Apalagi kalo kita menyadari bahwa kita 'istimewa' dan 'berbeda' dengan orang kebanyakan. Yah, kadang, perbedaan itu menjadikan kita sulit menerima sesuatu, apapun itu. Termasuk keadaan fisik diri kita sendiri. Bagaimana caranya menjalani kehidupan secara normal tanpa perlu mempermasalahkan perbedaan yang ada, itu masalahnya??

Di saat gue mulai menerima diri gue, penampilan pribadi gue apa adanya dengan susah payah, apa orang lain juga sudah bisa menerima itu?? Menerima tidak hanya sekedar mengucapkan kata : 'saya terima kamu apa adanya', tapi juga menghentikan tatapan aneh yang menelanjangi gue.. Membuat gue shock, bahkan tak jarang lansung membuat gue lemas karena rasanya gue telah kehabisan rasa percaya diri untuk menopang tubuh gue.

Sejak kecil, gue sudah menerima perlakuan itu dari orang lain. Bahkan mungkin bukan orang lain, tapi bagian dari keluarga gue. Perlakuan atas perbedaan penampilan fisik gue... Umur 5 tahun, tante gue dan beberapa keluarga dari bapak gue sudah memberikan predikat gue: si hitam dan si pesek!

Bayangkan, anak seusia itu, sudah menerima perlakuan yang jelas" bisa membuat dia kehilangan rasa percaya diri.Di saat anak" lain menjadi kebanggan orang tua, tapi gue...
Waktu itu, ketika mereka berkali" melontarkan kata" itu [walaupun dengan nada bercanda], gue hanya bisa terdiam. Tertunduk dan lagi" terdiam, bertanya pada hati dan diriku sendiri, apa memang gue seburuk yang mereka bilang?? Sejak saat itu, perlahan rasa percaya diri gue hilang. Tapi... ibu selalu menguatkan gue. Jelas aja, mana ada orang tua yang tega dan rela anaknya yang masih sekecil itu menerima perlakuan seperti itu. Gue masih inget, tiap ada kumpul keluarga, itulah saatnya gue diam dan tertunduk. Dan setiap kata" bercandaan itu keluar, ibu dan bapak, berusaha membesarkan hati gue...

Dengan tegas ibu bilang kalo gak pantes seorang tante berkata seperti itu kepada ponakannya yang masih kecil. Bapa juga kadang agak marah menanggapi itu. Mereka selalu membesarkan hati gue, sampai sekarang pun seperti itu...

Perlahan, dengan dukungan mereka, rasa percaya diri gue mulai tumbuh. Walaupun sempat merasa krisis pas SMP. Mungkin karena masa puber dan masa pencarian diri. Tapi, sampai sekarang, gak pernah gue benar" merasa 100% percaya diri. Karena gue gak pernah merasa benar" sempurna, terutama penampilan fisik gue. Meskipun gue tahu, gak ada satu pun manusia yang sempurna, tapi, yang namanya manusia, gak akan pernah puas terhadap apapun.

Dan sekarang... semuanya terulang kembali.. Gak cuma sekarang... Entahlah, rasanya perlahan rasa percaya diri yang gue kumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun, kadang menajdi hilang dan lenyap begitu saja, hanya karena komentar, kata" seseorang, 'tatapan' aneh dan menelanjangi dari orang lain.

Gue sadar. Gue bukan wanita yang cantik. Wanita yang putih. Punya badan sexy, wajah yang mulus, senyum yang menawan atau apalah... Gue sadar, mungkin kata" gue barusan menunjukkan betapa piciknya pikiran gue, tapi rasanya gue berhak berpikir seperti itu, karena situasi dan keadaan yang memaksa gue berpikir seperti itu.


Coba sekarang lihat. Di majalah, tv, dimanapun... semuanya yang muncul di situ sebagian besar yang berwajah putih, berkulit mulus, berhidung mancung... Dimana" produk pemutih bermunculan, mulai dari iklan kosmetik, dokter kulit, klinik kecantikan, semuanya muncul buat apa???? BUAT MENGHASILKAN WANITA CANTIK!! WANITA YANG BERKULIT PUTIH DAN MULUS! DAN ITU BUKAN GUE!!! KARENA KULIT GUE GAK PUTIH! KARENA MUKA GUE BERJERAWAT!! KARENA GUE GAK CANTIK! KARENA GUE BERBEDA DARI MEREKA!!!


Ini diskriminasi namanya! Betapa jahatnya media masa membuat orang" berpandangan sedemikian rupa dan berhasil mendoktrin bahwa CANTIK=PUTIH DAN MULUS!!
Lalu bagaimana dengan orang minoritas seperti gue... seperti kami yang tidak berkulit putih dan wajahnya selalu dihiasi jerawat??!!! Yang telah begitu sangat merasa stres dan depresi bersusah payah mencoba segala usaha yang ditawarkan, namun gak pernah berhasil!! Yang hanya bisa gigit jari, karena gak mampu membayar biaya perawatan di klinik kecantikan!

SANGAT MENYAKITKAN ketika ada orang yang bilang: 'muka kamu ko berjerawat siy?' atau 'jadi banyak jerawat ya muka kamu?', dan lebih MENYAKITKAN ketika mereka memandangi dengan tatapan menelanjangi seolah tatapannya itu ingin menjelaskan: muka kamu aneh bgt deh, muka kamu gak banget deh, muka kamu jelek, muka kamu kacau, muka kamu ancur.

Dan RASA YANG SANGAT MENYAKITKAN itu, sering gue alami. Sampai akhirnya gue pelan" menjadi kebal. Yang bisa gue lakukan hanya tertunduk sambil tersenyum, berusaha menerima keadaan gue di depan mereka [meskipun ketika hal itu terjadi kadang gue sudah sangat menerima diri gue], tapi dengan sekejap mereka membuat gue membenci diri gue sendiri. Dan menguapkan rasa percaya diri gue hilang begitu saja.

Gue sangat mengerti gimana sakitnya. Bagaimanapun bercandanya, kadang, kalo bawa" fisik dan penampilan itu bisa membuat kita tersinggung dan hilang rasa percaya diri. Bukan karena kita gak menyadari kekurangan, bukan karena kita gak bisa menerima penampilan kita yang 'berbeda' itu, tapi karena, kata" mereka bisa membuat kita yang awalnya sudah bisa menyukai diri kita, menjadi seketika membuat kita membenci diri kita!!

Yang gue rasakan akhir" ini adalah. Gue merasa bahwa rasa percaya diri hanya 'numpang' singgah dalam hidup gue.. Entahlah,sebenarnya gue gak ingin mengambil pusing masalah ini. Gue berusaha menerima diri gue apa adanya. Gue berusaha sekuat tenaga meyakinkan diri gue, bahwa gue itu unik, gue 'istimewa' karena perbedaan gue yang gue punya.
Meskipun sekarang gue jauh, dan gue mulai dewasa, dan gak ada lagi bapa atau ibu yang membela gue ketika gue dilecekan, gak ada lagi bapa atau ibu yang membesarkan hati gue ketika hati gue tiba" menciut karena ucapan seseorang yang menyakiti hati gue, karena mereka jauh... tapi gue berusaha sekuat tenaga, mengatasinya dengan senyuman, membesarkan hati gue sendiri, dan menerima kalo mungkin gue emang pantas mendapat perlakuan itu karena 'keistimewaan' gue.

Bagaimanapun, gak ada 1 manusiapun yang minta dilahirkan dengan kekurangan fisik. Gue selalu berusaha bersyukur atas semua yang ALLAH berikan. Gue adalah makhluknya yang paling sempurna. Setiap manusia terlahir dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Itu yang membuat dia sempurna. Mungkin orang" merasa dan menganggap gue punya kekurangan yang cukup besar dari segi fisik sehingga mereka terkadang mampu membuat gue begitu down, tapi gue pribadi, gue merasa jauh lebih sempurna dibanding mereka di luar sana yang gak bisa merasakan nikmat yang begitu banyak gue rasakan selama ini. Nikmat berjalan tegap dengan kaki yang utuh, nikmat menggunakan tangan yang kuat, nikmat berbicara dan jutaan nikmat" panca indera lainnya..

Gue tau banget gimana rasanya sakit ketika diremehkan dan direndahkan, apalagi karena fisik, makanya, gue mencoba dan selalu berusaha gak melontarkan cemoohan atau pertanyaan langsung mengenai kekurangan fisik itu kepada orangnya langsung. Biarlah kata" yang mematikan rasa percaya diri itu, gue simpan dalam hati dan gak perlu orang yang bersangkutan tau. Kadang diam itu emang jalan terbaik.
Dan gue pun akan merasa nyaman jika orang lain bisa berbuat sama seperti apa yang gue lakukan. Tapi sayangnya gue bukan Tuhan yang bisa mengatur setiap ucapan atau gerak gerik manusia..


Gue hanya manusia biasa yang memiliki keistimewaan karena orang" bisa dengan mudah melihat kekurangan yang lebih banyak terlihat dalam diri gue, karena kekurangan itu adalah kekurangan fisik.... Keistimewaan karena dibekali Tuhan hati yang kuat untuk benar" kebal menghadapi segala cemoohan yang menghampiri..

Dan mungkin karena keistimewaan gue itu terlalu berharga, maka Tuhan menyimpannya jauh dalam diri gue, tidak hanya untuk dilihat, tapi juga untuk dirasakan. Karena terkadang penglihatan bisa menipu, tapi hati dan perasaan adalah kejujuran yang tidak dapat dipungkiri siapapun...














Kamis, 03 Desember 2009

TUGAS: HIDUP MATINYA MAHASISWA!


kertas yang berisi deadline tugas", dan belum ditambahin beberapa tugas lain yang baru... tertempel rapi di sebelah kiri tv

Well, beberapa minggu ini gue dan temen" satu angkatan pasti bakal sangat sibuk menggarap tugas" berupa puluhan makalah yang rata deadlinennya di tanggal yang sama! 15 DESEMBER 2009!! nampaknya beberapa hari menuju tanggal itu akan menjadi hari" yang paling me-riweuhkan! Huft... awalnya gue emang berusaha gak ngeluh dan menikmati semua. Toh, kalo ngeluh pun gak akan menyelesaikan masalah dan kalo mu curhat sama dosen pun pasti ujung"nya dikasih kata" kaya gini: 'namanya juga mahasiswa, gak boleh ngeluh sama tugas.' Hmm... Yayaya... namanya juga mahasiswa, hidup matinya ya tugas, makalah dan presentasi, apalagi mahasiswa tingkat akhir, bakalan bener" mati karena SKRIPSI! Rasanya gue ingin bernapas sejenak dari himpitan tugas yang sangat membelenggu ini... Sungguh ini memuakkan untuk gue! Dan lama" gue merasa jenuh! Gue merasa terdzolimi!!! astagfirulloh... Okelah sekarang gue udah mulai bisa menikmati dan mengerjakannya satu per satu. Tapi yang namanya manusia kan kadar motivasinya naek turun. Kemaren" gue sanggup ngerjain 2 makalah dalam waktu 2 hari, tapi entah kenapa hari ini terasa males sekali!! Dalam hati berteriak pengen mengerjakan semua supaya cepet selesai, tapi apa daya niat dan kemauan minus persediaannya... Belum lagi ditambah ketakutan" akan bayangan skripsi ke depannya, tekanan dari sana sini, target ini itu... Ya ALLAH.. berilah hambaMu ini kemudahan menjalani semuanya...

Demam Mocha Float


Akhir" ini gue lagi sangat menggemari mocha float yang paket goceng dari KFC. Haha.. emang agak norak siy dan ketinggalan jaman sepertinya. Di saat orang-orang udah heboh dari dulu, gue baru heboh sendiri sekarang. Buktinya gue diledekin habis"an sama mba, sewaktu gue bilang kalo gue ngefans banget sama mocha float dan nanyain udah nyobain blum ke dia dengan sangat sombongnya!! Dengan jawaban puas dan ngakak, mba bilang gue ketinggalan jaman. Basi kemana aja baru tau kalo mocha float itu enak.. Damn!!

Ya... biarinlah.. seenggaknya, kalo gue di kosan, gue bakal sering nyobain mocha float secara jarak antara kosan dan KFC gak lebih dari 200 meter! yayay!! hihihi... like this.. gue ketagihan banget.... yang bikin gue ketagihan adalah kombinasi ice cream [float] nya sama campuran kola dan milo. yummy banget kalo diminumnya sambil diaduk-aduk sampe kecampur semua... sensasi rasanya enak bgt.. srrruuupp.... hehehe...


Saking ketagihannya, hampir beberapa hari ini tiap pulang ngampus, gue pasti mampir buat menikmati sensasi itu. Lebih enak kalo dicampur dengan es batu yang gak terlalu banyak. Soalnya, kalo kebanyakan, isinya lebih dikit *gak mau rugi mode: ON dan jadi gak puas otomatis gak lama juga menikmati sensasinya,


Selain mocha float, yang bikin gue ketagihan adalah sama cireng Unique. Rasa keju dan ayam pedasnya yummy!! Match banget di lidah gue yang gak terlalu suka pedes! Apalagi dimakan kalo sore" mendung kaya tadi. Surga dunia deh...



Rabu, 02 Desember 2009

keluarga kecil impianku...

seneng deh kayanya kalo punya keluarga kecil...
barusan gue liat foto" sepupu gue dan temen sd gue yang udah punya keluarga kecil...
semuanya married di usia muda dan punya anak di usia muda juga..
gue juga punya keinginan seperti itu..


saking ikut senengnya liat kebahagiaan sepupu gue yang udah punya anak, gue sampai men-tag foto dia.. rasanya seulas senyuman dari anak kecil menularkan sejuta kebahagiaan untuk orang" di sekitarnya.. senyuman manja dan tulus yang bisa menjadi obat untuk orang lain..


gue memang sangat bersyukur atas kebahagiaan yang gue rasakan sekarang.. punya keluarga besar yang alhamdulillah masih berkecukupan, temen" yang baik yang membawa energi positif dan pergaulan yang baik untuk gue yang masih labil, seorang pacar yang kelak insya ALLAH menjadi calon suami gue nantinya [amin]..


sungguh Maha Besar ALLAH dan Segala Puji gue panjatkan kepadaNya atas segala anugerah dan kebahagiaan yang gue rasakan selama ini. Masih diberikan kesehatan, kesempurnaan jasmani, kebahagiaan rohani...


bersyukur sekali punya seseorang yang bisa menemani hari" gue... mengerti keadaan gue.. menyayangi gue apa adanya... betapa sayangnya ALLAH sama gue sampai dia menurunkan seseorang itu untuk mendampingi hidup gue..


sejak awal menjalani hubungan ini kami memang sama" berkomitmen menuju ke arah sana... dan kami pun sudah merancang masa depan kami bersama kelak... dan gue bisa memastikan ini gak maen" atau bukan hanya sekedar planning... gue sangat berharap ini bisa terwujud...


hehehe... ada perasaan geli sendiri dalam hati menyadari bahwa gue sudah besar, sudah dewasa.. karena mungkin beberapa taun ke depan gue gak akan hidup sendiri, gak hanya memikirkan diri gue sendiri... tapi insya ALLAH gue ingin punya keluarga kecil dimana menjadi sumber kebahagiaan bagi gue...


rasanya waktu dan zaman begitu cepat berlalu.. beberapa taun lagi gue akan punya keluarga kecil, meninggalkan rumah dan kampung halaman, meninggalkan orang tua yang gue sayangi, memiliki tanggung jawab yang lebih besar...


dan saat ini gue sedang mempersiapkan diri gue menuju ke arah situ..gue sadar, gue yang masih labil butuh banyak belajar dalam bertindak dan mengambil keputusan. gak maen" dalam menentukan arah hidup.


ingin segera rasanya cepat lulus, bekerja, menikah dan punya keluarga kecil... semoga ALLAH mempermudah jalan itu... amin..

He is My Bigger Motivator


Entah kenapa tiba” malem ini gue kangen banget dengan sosok alm.papa… huft, rasanya tak pernah habis cerita dan kenangan yang mengiringi kepergian beliau... Dialah motivator terbesar gue. Ternyata baru gue sadari, setelah gue menjadi besar dan dewasa, kuliah dan jauh dari rumah, gue kehilangan spirit yang sesungguhnya.. Alm. Papa lah sesungguhnya orang yang sangat berjasa membuat gue seperti ini. Walaupun gak hanya beliau yang berjasa untuk kehidupan dan karier gue selama ini, tapi ketika beliau pergi, gue makin merasakan kehilangan itu. Kehilangan lecutan semangat yang biasa beliau berikan untuk pribadi gue. Pribadi yang kadang gampang menyerah, takut, gampang panik, selalu bersikap pesimis, tapi sebenernya punya potensi dan kemampuan.

Gue masih inget, dulu waktu 17-an yang ke 50 tahun, di komplek ada acara perlombaan buat anak”, papa yang paling semangat menyuruh gue ikut saat itu. Beliau yang paling rajin menemani gue mengikuti semua perlombaan. Mulai dari lomba menggambar, masukin pinsil ke botol, membawa kelereng dengan sendok, sampai lomba busana muslim, semuanya didukung sama papa.
Yang paling gue inget dan masih terngiang sampe saat ini adalah ketika gue mengikuti lomba mewarnai. Ceritanya waktu itu, kita sekeluarga ikut jalan santai bareng warga komplek. Setelah jalan santai, anak” mengikuti lomba menggambar. Gue yang waktu itu sebenernya sama sekali gak kepikiran ikut, dan gak punya bakat gambar sama sekali, disuruh papa [dengan agak sedikit memaksa] untuk ikut. Dengan seperangkat alat tulis dan krayon yang berjumlah 24 buah, gue pun akhirnya mengikuti perlombaan itu. Waktu itu yang gue gambar adalah gambar rumah [objek yang umum dan biasa digambar anak usia 7 tahun], dengan awan di atasnya, ada tiang bendera di depannya, dan... ketika gue hampir selesai mewarnai, papa yang saat itu mendampingi gue dan berada di sebelah gue, membisikan sesuatu ke gue: ’mba, bisa gak gambar bendera sama angka 50 kaya di baju papa ini? [waktu itu sambil menunjukkan gambar bendera dan angka 50 tahun yang terdapat di kaos polo shirt papa di dada sebelah kiri]. Gue yang lagi asyik mewarnai –pun langsung menuruti kata” beliau. Karena dari dulu gue gak pernah berani melawan beliau, bisa dikatakan, papa adalah orang yang paling disegani di keluarga besar gue. Dan, beberapa saat kemudian, selesailah gue menggambar rumah dengan bendera dan angka 50th di atasnya. Agak aneh siy, apalagi waktu itu warnanya rame banget. Tapi waktu itu gue cukup puas, apalagi melihat papa tersenyum lebar memandang hasil gambar gue. Malamnya gue ikutan lomba busana muslim. Dengan menggunakan baju muslim anak” yang lagi ’in’ saat itu [karena gue dulu ikutan ngaji di TPA deket masjid, gue lumayan punya banyak koleksi baju muslim anak”], gue berlenggak lenggok jalan di atas panggung yang dibuat seperti catwalk. Heheh.. lucu kayanya. Gue waktu itu nekat, karena gak punya pengalaman atau bakat jadi model juga. Akhirnya malam puncak pun tiba. Gue dan teman” sepermainan deket rumah, menampilkan tarian khas anak”. Dengan tante gue sebagai pelatih dan perancang kostumnya, malam itu gue tampil. Masih inget, waktu itu gue pake kaos merah yang ada gambarnya film silat YOKO [waktu itu kan lagi happening film silat itu, pendekar rajawali, si andy lau], pake celana leging yang agak tebal selutut, diluarnya pake rumbai” yang dibuat dari tali rafia warna putih yang diserut kecil” khas rok dari papua, plus ikat pita merah putih sebagai bandana, dengan make up yang bisa dibilang menor buat ukuran anak kelas 2 SD. masih ada kayanya foto itu di rumah. Jadi kangen pengen liat, pasti ngakak deh kalo sekarang liat. Dan qta pun tampil dengan suksesnya!! Sehabis tampil, tibalah pengumuman perlombaan”. Gak nyangka gue 4x menang. Lomba busana muslim, lomba memasukan pensil ke botol, membawa kelereng dengan sendok, dan yang terakhir, lomba menggambar!! Buat yang terakhir gue agak kaget. Ko bisa ya gambar gue yang kacau dan rame itu menang, juara 1 lagi. Hahahah... waktu itu karena masih SD rasanya seneng banget dapat banyak hadiah. Gue eksis malem itu. Semua itu gara” papa...

Cerita yang lain... waktu dulu pas SMA kelas 3, gue di tawarin tante dan om untuk ikut tes supaya bisa kuliah di POLYTECHNIC UNIVERSITY, JAPAN. Kata mereka, semuanya dibiayai, jadi seperti beasiswa, malah di sana gue kuliah dikasih uang saku, dan pulangnya ditempatkan sebagai PNS di depnakertrans, yang kebetulan om dan tante gue bekerja di situ. Waktu itu, gue cukup tertarik dengan penawaran yang menggiurkan itu,tapi gue juga agak pesimis karena pasti seleksinya sangat ketat, dan kriterianya juga cukup susah. Minimal nilai rapot dari kelas 1, adalah 7 terutama untuk mata pelajaran IPA dan minimal 8 untuk bahasa inggris. Gue sangat ragu dan gak percaya diri dengan kemampuan gue saat itu. Waktu itu emang gue memenuhi kriterianya, tapi rasa percaya diri gue masih menghalangi gue untuk yakin ikut tes seleksi. Apalagi waktu itu hampir menjelang ujian akhir, banyak ulangan, dan mulai menghadapi ujian praktek.
Tapi, kembali sang motivator besar itu memberikan energinya untuk gue. Papa sangat mendorong gue dan malah hampir memaksa gue untuk mencoba mengikuti tes seleksi itu. Okelah, demi menyenangkan beliau, gue pun ikut tes pertama. Tesnya di jakarta dengan ditemani mama, papa, bapa, dan desy, yang di tes-kan adalah psikotest dan wawancara. Dengan persiapan seadanya dan minimnya rasa percaya diri gue pun mengikuti tes itu. Gue sadar, saingan gue banyak sekali. Ratusan orang. Dan alhamdulillah, gue lolos seleksi pertama.

Dari 400 orang, lolos 30 orang, dan gue menjadi bagian dari 30 orang itu.
Tes kedua, diadakan beberapa minggu setelah tes pertama. Tempatnya masih sama, materi yang di tes-kan adalah bahasa inggris, matematika dasar, dan fisika/kimia. Waktu itu karena gue gak suka fisika, akhirnya gue memilih kimia, dan pemilihan jurusan di POLYTECHNIC UNIVERSITY, waktu itu jurusan yang gue pilih adah teknik informatika kalo gak salah mah. Yap, memilih dengan setengah hati. Karena gue gak pernah menyukai teknik dan fisika. Gapapalah, demi papa. Yang penting dijalanin dulu. Waktu itu karena bukan hari libur, jadi yang bisa menemani gue hanya bapa, itupun kita naek kereta. Dan sebelum gue berangkat ke jkt itu, terdapat masalah yang sempat menganggu kepergian gue. Kebetulan waktu itu, hari keberangkatan gue ke jakarta, bertepatan dengan ujian praktikum akhir sekolah mata pelajaran kimia. Gue sebenernya agak takut. Bingung memilih yang mana. Cuma kalo gue gak ikut seleksi kedua, sayang banget, padahal, selangkah lagi menuju PU. Setelah mengkonsultasikan dengan papa, gue akhirnya memutuskan untuk minta izin ke guru kimia, Pak Nurman. Waktu itu gak ada masalah, karena gue cukup akrab dengan pak Nurman, soalnya dulu gue lumayan bisa kimia, jadi pak nurman mengizinkan dengan dispensasi gue ikut ujian di hari berikutnya bareng kelas lain Tapi ternyata ada masalah, waktu gue ingin mengurus surat” dan meminta tanda tangan kepala sekolah.


Waktu itu agak susah karena surat yang harus ditanda tangani adalah surat yang menyatakan bahwa gue telah lulus dari SMAN 1, dan bisa meneruskan ke perguruan tinggi, padahal waktu itu kan gue belum lulus dan masih jadi siswa kelas 3. inilah yang membuat pak kepsek agak susah memberikan tanda tangannya, karena beliau gak berani menjamin kalo gue bakal lulus [dalam hati gue: sial! Emang gue sebego apa siyh meskipun gue sendiri agak kurang yakin kalo bakal lulus]. Dan gue gak bisa membujuk beliau. Gue menyerah dengan perasaan kesal. Di satu sisi gue agak kesal sama papa karena beliau lah yang membuat gue terlibat dalam urusan ribet kaya gini, tapi gue juga bingung dan takut mengecewakan papa.
Pulang ke rumah dengan muka cemberut, hampir mau nangis, dan gue bilang ke papa dan mama dengan ekspresi cemas. Dan akhirnya papa mengambil inisiatif untuk langsung menemui pak kepsek saat itu juga! Gue yang udah takut terjadi apa”, karena gue hafal bgt dengan tabiat papa yang agak ngotot,keras dan kadang susah menerima, ditambah pak kepsek yang juga sama ngotot, dan nyebelin. Dalam bayangan gue, udah tergambar bakal terjadi perdebatan sengit, ngotot”an, aaahhh pokoknya mengerikan [ hal yang paling mengerikan untuk gue adalah melihat orang berdebat dan berantem di depan mata gue sendiri, dan tabiat papa yang keras, sangat memungkinkan hal seperti itu terjadi], makanya waktu itu gue gak mau ikut lagi ke sekolah, biar mama yang menemani papa, dan gue berdoa harap” cemas semoga semuanya baik” saja. Beberapa jam kemudian papa pulang, dengan muka sumringah. Sepertinya tidak terjadi hal yang buruk. Dan benar saja, dengan mengacung”kan berkas yang tertera tanda tangan pak kepsek, papa dengan yakinnya bilang: ’besok berangkat!!’ huft.. alhamdulillah.. Sayangnya, gue gagal melewati tes kedua ini. Yaiyalah, secara dari 40 orang yang terpilih Cuma 3 orang ajah. 2 laki-laki dan 1 perempuan. Tapi gue sama sekali gak kecewa dan sedih, karena meskipun gue gak jadi ke jepang, gue dapet banyak pengalaman dan teman. Waktu itu pertama kali juga dapet pengalaman makan makanan jepang HOKBEN [walaupun sebenernya gue gak suka], tapi entah kenapa ada prestis tersendiri. Pokoknya waktu itu tesnya gak ecek” lah. Dapet snack yang enak”, permen dan aqua yang tersedia begitu saja di meja, makan siangnya makanan jepang, dan pelajaran yang penting banget buat orang indonesia adalah betapa sangat on time sekali orang jepang itu! Waktu itu ada perwakilan dari PU datang dari jepang, gue lupa sapa namanya, yang jelas dia tinggi, kurus, putih, rapi,sangat ramah dan sangat on time! Sampe gak ingin melewatkan satu detik pun!! Bahkan dia lebih percaya jam tangannya daripada jam yang terpajang di ruangan waktu itu. Kalo waktu ngerjain soalnya masih 30 detik pun di bilangin ke kita dan kita masih dikasih kesempatan menyelesaikannya. Ckckc... salut Dan setelah papa gak ada, gue jarang pulang, sibuk dengan urusan sendiri dan kuliah, semuanya terasa hilang begitu saja. Gue kangen papa.. kangen papa yang selalu memaksa gue maju.. memotivasi dengan sikap kerasnya.. ya dulu, bisa dibilang gue mau ikut apa aja, mau disuruh apa aja, karena sebenernya gue takut sama papa.. gue gak ingin mengecewakan beliau, jadi meskipun dengan setengah hati, apapun itu gue lakukan.. Mungkin dari dulu gue dapet peringkat di kelas, masuk SMP, SMA sampe perguruan tinggi favorit pun semuanya karena papa.. Tapi sekarang, gue kehilangan itu. Meskipun banyak yang memberi gue semangat, tapi gak ada yang sekeras papa.


Gak ada yang mampu membuat gue mempunyai perasaan yang sama ketika masih ada papa..
Jujur, saat ini, gue merasa lumpuh, mencundangi diri sendiri... gue ingin maju, ingin ini, ingin itu, ingin eksis, tapi semua itu kadang keburu kalah dengan perasaan takut, gak percaya diri.. entahlah sepertinya sebagian rasa percaya diri akan kemampuan gue ikut mati bersama papa.. belum bisa hidup seperti dulu.. gue benar” butuh orang seperti papa.. sang motivator terbesar gue...
 

Septina Priyanti's Blog Template by Ipietoon Cute Blog Design